Rabu, 20 Juni 2012

PARADIGMA SOSIOLOGI

Oleh: Lukman Hakim, M.Si, MA,
Lecturer at KPI department, Da’wah Faculty
Paradigma Sosiologi Di dalam dunia sosiologi pergulatan pemikiran terkait dengan obyek kajian atau what is the subject matter of sociology juga sangat tampak. Para ilmuwan berbeda pendapat tentang masalah ini. Sehingga Ritzer (1992) menilai bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempunyai beberapa paradigma (multiple paradigm). Dan masing-masing paradigma tersebut berbeda mengenai obyek kajian, teori, metode analisanya. Para ahli membagi empat paradigma dalam sosiologi, yakni paradigma Fakta sosial, Definisi Sosial, Perilaku Sosial, dan Integratif.
1) Paradigma Fakta Sosial terdiri dari sekumpulan teori para teoritisi sosial yang memusatkan perhatian atau menjadikan apa yang disebut Durkheim sebagai fakta sosial; struktur dan institusi sosial berskala luas beserta pengaruhnya terhadap pikiran dan tindakan individu sebagai subject matter sosiologi. Dengan kata lain, para teoritisi yang masuk dalam paradigma fakta sosial ini memusatkan pada struktur makro. Mereka mengasumsikan bahwa terdapat keajegana (in-stable) dalam kehidupan manusia. Dan di dalam keajegan tersebut ada perubahan dalam suatu waktu tertentu, serta tidak ada suatu fakta yang yang berdiri sendiri kecuali ada fakta penyebabnya. Exemplar paradigma ini adalah karya Emile Durkheim, terutama The Rules of Social Methode dan Suicide. Dua tulisan ini menggambarkan sasaran kajian sosiologi yang disebutnya sebagai fakta sosial. Menurutnya fakta sosial ialah barang (thing) yang berbeda dengan ide yang menjadi obyek kajian seluruh ilmu pengetahuan dan tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif), akan tetapi melalui pengumpulan data riil di luar pemikiran manusia. Menurnya thing dapat dibagi menjadi dua, yakni dalam bentuk barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi, contohnya adalah arsitektur, norma hukum dan lainnya. Kedua dalam bentuk non-material, yakni fenomena yang terkandung dalam diri manusia sendiri, hanya muncul dalam kesadaran manusia, contohnya kelompok, altruisme, egoisme dan sebagainya. 1 Metode yang digunakan dalam paradigma ini adalah kuantitatif, interview-kuesioner dan perbandingan sejarah. Metode ini memungkinkan adanya reduksi berbagai fakta ke dalam variable-variabel sederhana. Di antara kompleksitas fakta tersebut dimungkinkan terjadinya reduksi fakta secara simpel ke dalam variabel-variabel penelitian.2 Teori yang dominan dalam paradigma ini adalah teori struktural fungsional, teori konflik dan teori sistem. Ringkasnya, paradigma ini memiliki asumsi dasar tentang fakta sosial sebagai berikut: general, external, and coercion.
2) Paradigma definisi sosial mencakup teori-teori yang menganggap subject matter dari sosiologi adalah tindakan social yang penuh arti. Paradigma ini diambil dari salah satu aspek yang sangat khsusu dari karya Max Weber, yakni tentang tindakan social (social action). Konsep Weber tentang fakta social berbeda sekali dari konsep Durkheim. Weber tidak memisahkan dengan tegas antara struktur social dengan pranata social. Struktur social dan pranata social keduanya membantu untuk membentuk tindakan manusia yang penuh arti atau penuh makna. Mempelajari perkembangan suatu pranata secara khusus dari luar tanpa memperhatikan tindakan manusianya sendiri, menurut Weber, berarti mengabaikan segi-segi yang prinsipil dari kehidupan social. Perkembangan dari hubungan social dapat pula diterangkan melalui tujuan tujuan-tujuan dari manusia yang melakukan hubungan social itu dimana ketika ia mengambil manfaat dari tindakan itu sendiri dalam tindakannya; memberikan perbedaan makna kepada tindakan itu sendiri dalam perjalanan waktu. 3 Karya Weber tersebut membantu menimbulkan minat para teoritisi yang menganut paradigma ini dalam mempelajari cara actor mendifinisikan situasi social mereka dan dalam mempelajari pengaruh definisi situasi social terhadap tindakan dan integrasi berikutnya. Ada beberapa teori yang masuk dalam paradigma ini, yakni teori tindakan, interaksionalisme-simbolik, fenomenologi, etnometodologi dan eksistensialisme.
Ringkasnya paradigma ini memeiliki tiga premis berikut:
 Manusia adalah aktor kreatif
 Fakta sosial memiliki arti subyektif (motivasi & tujuan)
 Cara aktor mendefiniskan fakta sosial adalah cara mereka mendefinisikan situasi
3) Paradigma Perilaku Sosial adalah mengacu pada karya psikolog B.F. Skinner sebagai eksemplar. Skinner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme ke dalam sosiologi. Karyanya meliputi spectrum yang sangat luas.Teori, gagasan dan praktek yang dilakukannya telah memegang peranan penting dalam pengembangan sosiologi behavior. Skinner melihat paradigma fakta social dan definsi social sebagai perspektif yang bersifat mistik, dalam arti mengandung suatu persoalan yang bersifat teka-teki, tidak dapat diterangkan secara rasional. Kritik Skinner ini tertuju kepada masalah yang substansial dari kedua paradigma itu, yakni eksistensi obyek studinya sendiri. Menurutnya, kedua paradigma itu membangun obyek studi berupa sesuatu yang terdiri atas struktur social dan pranata social yang menjadi obyek studi paradigma fakta social serta sesuatu yang terjadi dalam pemikiran manusia berupa „tanggapan kreatif‟ terhadap suatu rangsangan atau stimulus dari luar dirinya, yang menjadi obyek penyelidikan paradigma definisi social oleh Skinner dinilai keduanya sebagai suatu obyek yang bersifat mistik. Menurutnya dengan memusatkan perhatian kepada kedua hal tersebut, berarti menjauhkan sosiologi dari obyek studi berupa barang sesuatu yang konkrit realistis. Menurut Skinner, obyek studi sosiologi yang konkrit-realistis itu adalah „perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya (behavior of man and contingencies of reinforcement). Ringkasnya, perhatian utama paradigma perilaku social ini tertuju pada hadiah (rewards) yang menimbulkan perilaku yang diinginkan dan hukuman (punishments) yang mencegah perilau yang tidak diinginkan. Metode paradigma ini adalah eksperimen. Dan yang masuk dalam paradigma ini adalah sosiologi behavioralisme dan teori pertukran (exchange).4
4) Paradigma Integratif merupakan bagian dari upaya ilmuwan social dalam mengatasi ketegangan yang terjadi antara pendukung paradigma yang ada sekaligus mengatasi keberatsebelahan pandangan mereka dalam memandang subject matter dari sosiologi. Seperti paradigma fakta sosial yang hanya memusatkan perhatian pada struktur makro, paradigma definisi sosial yang hanya memusatkan perhatian pada tindakan, interaksi, dan konstruksi sosial dari realitas. Sedangkan paradigma perilaku sosial terlalu memusatkan pada perilaku saja. Robert K Merton sebagai wakil paradigma fakta sosial , melihat, bahwa paradigmanya dan paradigma definisi sosial dapat saling memperkaya, sebagai berbeda seperti telur dengan daging; keduanya jelas berbeda, namun saling memperkaya. Menurut Ritzer, perlunya paradigma integrasi ini karena teramat sukar untuk memahami fenomena sosial yang beraneka ragam dan salingpengaruh mempengaruhi, sehingga untuk memahaminya jelas dibutuhkan kemampuan untuk menguraikan dan menjelaskan empat tingkat mendasar analisis sosial dalam satu kesatuan, yakni makro-subyektif seperti nilai, makro-obyektif seperti birokrasi, mikro-obyektif seperti pola interaksi dan mikro-subyektif seperti konstruksi sosial. 5
Gambar1. Tingkatan Utama Analisis Sosial Ritzer
tingkat realitas sosial  paradigma sosiologi
Makro-subyektif-   fakta sosial
Makro-obyektif  -  definisi sosial   - paradigma integratif
Mikro-subyektif
Mikro-obyektif -   prilaku sosial

Dalam gambar di atas Ritzer menjelaskan paradigma fakta sosial memusatkan perhatian pada tingkat makro-obyektif dan makro-subyektif. Paradigma definisi sosial memusatkan perhatian, terutama pada kehidupan mikro-subyektif dan mikro-obyektif yang tergantung pada proses mental(tindakan). Sedangkan paradigma perilaku sosial memusatkan perhatian pada kehidupan mikro-obyektif yang tidak melibatkan proses berpikir (perilaku). Sedangkan ketiga paradigma yang ada berpotongan dengan dengan realitas sosial secara horizontal dan berpotongan dengan paradigma integratif secara vertikal. Gambar tersebut menjelaskan mengapa paradigma integratif tidak dapat menggantikan paradigma yang lain. Meski masing-masing ketiga paradigma yang ada itu menjelaskan satu tingkat realitas sosial tertentu, dan paradigma integratif menjelaskan semua tingkat, namun tidak meneliti setiap tingkat tertentu secara rinci seperti dilakukan paradigma lain. Jadi pilihan terhadap paradigma tergantung pada jenis pertanyaan yang diajukan. Tidak semua maslah sosiologi memerlukan pendekatan integratif, namun sekurang-kurangnya sebagian memerlukan.
Dan bagi Ritzer, penggagas paradigma integratif ini, tidaklah adil, dan harus dihindari upaya penyamaan sebuah teori atau teoritisi dengan tingkat analisis tertentu. Menurutnya, walau benar bahwa sosiolog yang setia pada paradigma sosiologi tertentu cenderungmemusatkan perhatian pada tingkat analisis sosial tertentu, namun seringkali secara tidak adil keluasan karya mereka disamakan dengan satu atau lebih tingkat analisis sosial. Sebagai contoh Karl Marx sering dikira memusatkan pada struktur makro-obyektif –khususnya pada struktur ekonomi kapitalis. Tetapi dengan menggunakan skema yang mempunyai berbagai tingkat analisis sosial memungkinkan kita melihat bahwa Marx mempunyai wawasan yang kaya mengenai semua tingkat realitas sosial dan antar hubungan berbagai realitas sosial itu. Begitu pula interaksionalisme simbolik umumnya dianggap sebagai perspektif yang berurusan dengan mikro-subyektif dan mikro-obyektif, tetapi bukanlah tanpa mempunyai wawasan sama sekali mengenai tingkat makroskopik analisis sosial.6 Dan para teoritisi yang paling menonjol dalam paradigma integratif ini adalah Peter L Berger dengan teori konstruksi sosialnya, dan Anthony Giddens dengan teori strukturasinya. Keduanya mencoba menjembatani ketegangan antara subyektivisme dan obyektivisme, antara makro dan mikro, dan antara voluntarisme dan determinisme. Keduanya memadukan antara mentalitas dan struktur.7


1 komentar:

  1. SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
    DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
    HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI KANJENG DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....

    …TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…

    **** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
    1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
    2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
    3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
    4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

    …=>AKI KANJENG<=…
    >>>085-320-279-333<<<






    SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
    DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
    HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI KANJENG DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....

    …TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…

    **** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
    1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
    2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
    3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
    4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

    …=>AKI KANJENG<=…
    >>>085-320-279-333<<<

    BalasHapus