Produksi Manusia dan Komunikasi Manusia
Manusia adalah makhluk yang unik baik karena kualitas fisiknya maupun
karena kelemahan fisiknya. Disatu sisi manusia memiliki posisi berdiri yang
tegak, tangan dengan sebuah jempol yang bebas dan fleksibel, mata menonjol yang
dapat melihat secara jauh dan mendalam, lidah, tenggorokan dan pita suara yang
memungkinkannya mengeluarkan berbagai bunyi-bunyian secara terpisah maupun
secara terpadu, kulit otak yang sudah tinggi perkembangannya, cuping otak yang
menonjol keluar dan belitan-belitan serebral, selubung batok kepala, dan
permukaan wajah yang menyusut, yang memungkinkan semua perkembangan ini. Semua
kualitas fisik ini tak pelak berguna bagi pembuatan alat-alat secara tekun dan
hati-hati. Kualitas fisik ini telah secara progresif disempurnakan segera
bersama dengan disempurnakannya alat-alat dan kerja produktif.
Di sisi lain, sebagian besar pikiran dan organ-organ manusia kurang
berkembang ketimbang pikiran dan organ spesies binatang lain yang sudah tinggi
spesialisasinya. Ketika dipaksa turun dari pohon, barangkali ini karena
perubahan iklim, dan hidup dengan berbagai makanan di padang rumput, manusia
primitif tidak bisa bertahan menghadapi binatang carnivora dengan berlari
seperti kijang, atau memanjat seperti simpanse, terbang jauh seperti burung
atau bergantung pada kekuatan fisiknya seperti kerbau atau gorila. Dengan
karakter fisik macam ini, manusia primitif tak bisa bergantung pada bahan-bahan
makanan yang paling memikat hatinya: binatang memamah biak yang tak terhitung
banyaknya yang juga hidup di padang rumput. Lebih dari itu semua, manusia yang
baru lahir secara khusus adalah janin di luar kandungan yang lemah dan tak
mandiri, yang sepenuhnya tergantung pada ibu-ibu di perkumpulannya (posisi
tegak berdiri, yang menyempitkan tulang panggul perempuan, jelas telah membantu
terbentuknya ciri prematur pada kelahiran manusia).Kemungkinan organisasi
sosial serta kebutuhan organisasi sosial berakar pada perpaduan antara
kelebihan dan kekurangan tersebut. Manusia tidak dapat bertahan hidup atau bisa
menjamin subsistensinya secara individual tanpa bekerja-sama dengan anggota
lain dalam spesiesnya. Organ-organ fisiknya terlalu sedikit berkembang untuk
membuat mereka bisa memperoleh bahan makanan secara langsung. Manusia harus
memproduksi bahan makanan ini secara kolektif, dengan bantuan alat, untuk bisa
mempertahankan dan menyempurnakan organ-organnya. Produksi ini dijamin melalui
tindakan komunal oleh sekelompok manusia. Bayi manusia diintegrasikan ke dalam
kelompok dan belajar tentang aturan-aturan dan teknik-teknik bertahan hidup
sebagai anggota kelompok melalui sosialisasi yang maju.
Oranisasi sosial manusia dan sosialisasi bayi-bayi manusia menuntut adanya
bentuk komunikasi diantara anggota-anggota kelompokyang yang secara kualitatif
lebih superior dari bentuk komunikasi diantara spesies binatang lainnya. Bentuk
bahasa yang lebih superior ini, yang berkaitan dengan perkembangan kulit otak,
memungkinkan pertumbuhan kapasitas abstraksi dan belajar --yaitu, konservasi,
transmisi dan akumulasi pelajaran-pelajaran dari pengalaman. Bentuk superior
ini juga memungkinkan diproduksinya konsep-konsep, pikiran, kesadaran. Disini,
ciri-ciri kemanusiaan yang berbeda-beda tersebut --yang adalah 'sifat antropologis'
kita-- berkait erat satu sama lain. Jadi karena mereka adalah kera telanjang
yang berjalan dengan posisi berdiri tegak' karena mereka adalah janin di luar
kandungan saat mereka lahir, maka mereka harus menjadi pembuat alat terrencana,
makhluk sosial yang mengembangkan bahasa, yang menyimpan kesan-kesan dan
bayangan-bayangan berturut-turut, mampu menggunakan dan menyempurnakan diri
untuk tujuan-tujuan praktis, mampu belajar, mengantisipasi, berpikir,
mengabstraksi, menggunakan imajinasi dan rekaan.
Interaksi, perpaduan dari ciri-ciri ini bersifat menentukan. Ada primata
seperti manusia yang menggunakan alat-alat dan bahkan kadang-kadang melampaui
tingkat perkembangan elementer mereka yang biasanya. Ada beberapa spesies yang
bisa tahu bentuk-bentuk kerja sama kolektif secara instingtif. Dan masih ada
banyak spesies, yang tampak punya bentuk komunikasi elementer. Tapi spesies
manusia adalah satu-satunya yang secara progresif membuat alat-alat dengan cara
yang lebih terencana, menyempurnakannya setelah mereka dapat dipahami dengan
cara yang sadar, berdasarkan pengalaman berturut-turut, yang juga dialihkan ke
pihak lain sebagai hasil dari makin dan makin banyak dan sempurnanya
komunikasi. Perkembangan alat-alat membebaskan mulut. Mulut menyempurnakan
bahasa dan kemampuan abstraksi, yang pada gilirannya memungkinkan alat-alat
diperbaiki dan alat-alat baru ditemukan. Tangan mengembangkan otak, yang dengan
memperbaiki penggunaan tangan bisa menciptakan kondisi-kondisi bagi perbaikan
otak itu sendiri.
Meskipun transformasi primata anthropoid menjadi manusia dikondisikan oleh
keberadaan suatu infrastruktur anatomis dan neurologis, tapi transformasi itu
tidak bisa dipandang semata karena infrastruktur ini. Dialektika
'produksi/komunikasi' menciptakan kemungkinan perkembangan tak terbatas dalam
menghasilkan, menemukan dan menyempurnakan alat-alat dan karenanya dalam
produksi manusia, menciptakan kemungkinan perkembangan tanpa batas dalam
pengalaman manusia, belajar dan mengantisipasi dan karenanya memungkinkan
kekenyalan dan adaptabilitas spesies manusia tanpa batas secara praktis.
Masyarakat material dan budaya manusia merupakan sifat kedua dari transformasi
tersebut.
Dengan pemahaman ini maka absurd jika menyatakan bahwa tiap lembaga sosial
(hilangnya ketidaksamaan sosial atau tiadanya negara, lenyapnya pemilikan
pribadi) berarti 'bertentangan dengan sifat manusia'. Manusia telah hidup dan
dapat hidup dalam kondisi-kondisi yang paling berbeda-beda. Tak satupun dari
lembaga-lembaga ini terbukti merupakan suatu prakondisi absolut dan abadi bagi
kelangsungan hidup manusia. Tiap penegasan yang menyatakan bahwa 'insting
agresif' itu menentukan evolusi manusia telah mengacaukan antara kecenderungan
itu sendiri (lebih jauh yang ada bersama-sama dengan negasinya sendiri --insting
bergaul dan bekerjasama) dengan realisasi dari kecenderungan itu. Pra-sejarah
dan sejarah menunjukan bahwa lembaga-lembaga dan kondisi sosial yang
memungkinkan kita mengikuti dan mengendalikan kecenderungan ini, tapi,
bertentangan dengan ini, memang ada hal lain yang mendesak munculnya
kecenderungan dalam bentuk yang tidak diharapkan.
Dialektika 'produksi/komunikasi' menguasai seluruh kondisi manusia. Segala
sesuatu pada orang-orang dilakukan 'dengan melewati kepalanya'. Produksi
manusia itu berbeda dari cara binatang memperoleh makanan terutama karena
kegiatan itu tidak merupakan kegiatan yang murni instingtif. Secara umum,
kegiatannya merupakan realisasi sebuah 'rencana' yang pertama tumbuh di kepala
manusia. Tentu saja, 'rencana' ini bukan sesuatu yang jatuh dari langit.
Rencana itu adalah reproduksi atau pemaduan kembali oleh otak manusia,
elemen-elemen dan masalah-masalah dalam kegiatan mereka itu yang memang tak
terhindarkan pada kelangsungan hidup manusia, yang telah dialami dan diserap
oleh otak beribu-ribu kali dalam pengalaman hidup. Tapi di sisi lain, kemampuan
untuk ? memadukan kembali konsep-konsep yang pada akhirnya lahir dari praksis
sosial memungkinkan kkemanusiaan untuk menemukan, mengantisipasi, membayangkan
perubahan-perubahan di alam dan masyarakat yang tidak terjadi sebelumnya, yang
hanya hipotetis sifatnya dan yang paling tidak sebagian akan diwujudkan karena
kegiatan antisipasi ini. Perkembangan masyarakat adalah ilmu masyarakat manusia
yang pada dasarnya mencoba memperhatikan dan menerangkan dialektika
produksi/komunikasi ini.
Basis Sosial dan Superstruktur
Tiap masyarakat manusia harus menghasilkan supaya tetap hidup. Produksi
subsistensi --dalam pengertian luas atau sempit, yaitu sekedar pemuasan
kebutuhan makan maupun pemuasan seluruh kebutuhan yang diakui secara sosial--
dan pembuatan perangkat serta benda-benda kerja yang dibutuhkan untuk produksi
ini merupakan kondisi awal bagi tiap organisasi atau aktivitas sosial yang
lebih kompleks.
Perkembangan masyarakat menyatakan bahwa cara manusia mengorganisir
produksi materialnya merupakan dasar dari seluruh organisasi sosial. Dasar ini
pada gilirannya menentukan semua kegiatan sosial lainnya --pengaturan hubungan
antara kelompok manusia (terutama muncul dan berkembangnya negara), pengaturan
produksi spiritual, moral, hukum, agama, dsb. Apa yang umum disebut kegiatan
superstruktur ini dalam satu atau lain cara, selalu tetap mengacu pada base.
Gagasan ini telah menggemparkan dan masih menggemparkan banyak orang. Puisi
Homer, kita injil, quran, prinsip hukum Romawi, drama Shakespeare, lukisan
Michaelangelo, pernyataan Hak asasi manusia, bahkan _communist manifesto itu
sendiri -- dapatkah semua produk usaha spiritual ini benar-benar telah
tergantung pada cara orang-orang masa kini mengolah lahan mereka dan menenun
pakaian mereka? Untuk memahami prinsip perkembangan masyarakat kita harus mulai
justru dengan menerangkan apa yang kita maksud dengan rumusan itu, perkembangan
masyarakat.
Perkembangan masyarakat tidak lain menegaskan bahwa produksi material
('faktor ekonomi') secara langsung dan segera menentukan isi dan bentuk apa
yang semua menyebut sebagai kegiatan superstruktur. Lebih lagi, basis sosial
tidak sekedar semacam aktivitas produksi, bahkan 'produksi material'nya tidak
terisolasi. Yang dibentuk orang dalam produksi kehidupan material mereka adalah
hubungan sosial. Sebenarnya perkembangan masyarakat bukan determinisme ekonomik
tetapi determinisme sosio-ekonomik.
Kegiatan-kegiatan di tingkat superstruktural tidak sesegera itu tumbuh dari
hubungan sosial produksi ini. Hanya pada akhirnya saja mereka ditentukan oleh
hubungan sosial produksi. Serangkaian perantara karenanya ikut campur
mengantarai dua tingkat kegiatan sosial itu. Ini yang akan kita uji secara
singkat pada bagian tiga bab ini.
Sehingga, jika pada akhirnya basis sosial itu menentukan fenomena dan
kegiatan di tingkat superstruktur, maka superstruktur ini dapat juga melakukan
tindakan kembali pada basis. Satu gambaran akan ditunjukan disini. Negara
selalu memiliki watak kelas yang tepat dan berhubungan dengan basis
sosio-ekonomi tertentu. Tapi negara untuk sebagian bisa memodifikasi basis itu.
Jika selama beberapa abad menyelamatkan kebangsawanan feodal dari
kehancuran ekonomik tertentu dilakukan dengan mengeruk pajak dari kelas-kelas
sosial lain, maka itu berarti negara monarki absolut (dari abad 16-sampai abad
18 di Eropa) dengan penuh kuasa telah membantu digantikannya mode produksi feodal
dengan mode produksi kapitalis dengan cara mengembangkan merkantilisme,
kolonialisme, mendorong manfaktur dan sistem moneter nasional, dsb.
Ada beberapa alasan mengapa kegiatan-kegiatan di tingkat superstruktur pada
akhirnya ditentukan oleh basis sosialnya. ? Mereka yang mengontrol produksi
material dan produksi surplus sosial juga menjamin kelangsungan mereka yang
hidup dari produk surplus sosial. Apakah ideolog, seniman dan ilmuwan itu
menerima atau menolak ketergantungan tersebut, tapi produksi surplus masih
menentukan kerangka kegiatan mereka. Hubungan sosial produksi karenanya
mengandung konsekuensi-konsekuensi yang berkaitan dengan bentuk-bentuk kegiatan
di lingkaran superstruktural, yang juga merupakan suatu pengkondisian. Hubungan
produksi dipersatukan oleh bentuk-bentuk komunikasi yang dominan di
masing-masing masyarakat, yang mendorong tampilnya struktur mental dominan yang
mengkondisi bentuk-bentuk berpikir dan penciptaan artistik.
Produksi Material dan Produksi Pikiran
Dialektika basis sosial/superstruktur sosial mempengaruhi hubungan produksi
material dan produksi pikiran. Suatu studi yang lebih detil mengenai hubungan
tersebut akan memungkinkan kita memahami lebih baik kompleksitas dari
dialektika ini dan juga memungkinkan kita menegaskan pentingnya elemen aktif
dari dialektika itu, suatu elemen yang akan dibicarakan pada akhir bab ini.
Perkembangan masyarakat mengatakan bahwa hubungan produksi merupakan basis
dari seluruh masyarakat, yang padanya berdiri superstruktur. Sebenarnya, dua
tingkat ini mempermasalahkan dua bentuk aktivitas sosial yang berbeda.Produksi
material adalah obyek fundamental aktivitas di tingkat basis sosial. Produksi
ideologis (filsafat, agama, peradilan, politik, dsb) adalah obyek fundamental
aktivitas di tingkat superstruktur sosial. Sudah tentu, kegiatan yang terakhir
ini juga meliputi kegiatan aparatur negara, yang kegiatannya terlalu jauh untuk
bisa sekedar ditempatkan dalam wilayah ideologis. Tapi, dengan mengecualikan
ini, perbedaan yang telah kita buat tampaknya berkait satu sama lain.
Perkembangan masyarakat menyodorkan suatu penjelasan mengenai evolusi
masing-masing lingkaran kegiatan ini, mengenai saling ketergantungannya dan
hubungan timbal-baliknya. Penjelasan ini menggabungkan empat tingkat:
a.
Semua produksi pikiran dalam satu atau lain cara berkait
dengan proses kerja material. Produksi ini selalu beroperasi serentak bersama
infrastruktur materialnya sendiri. Beberapa hasil seni awal mulanya adalah
hasil langsung kerja material (fungsi magis dari lukisan primitif; asal muasal
tarian yang merupakan formalisasi gerak berproduksi; masuknya lagu-lagu ke
dalam kegiatan produksi; dsb). Revolusi teknologi secara mendalam mempengaruhi
produksi ideologis, ilmu pengetahuan, seni. Ilmu pengetahuan seperti geometri,
astronomi, hidrografi, biologi dan kimia berkembang dalam hubungan yang erat
dengan irigasi di pertanian, pengembangan pemeliharaan ternak, dan perkembangan
metalurgi. Sesudah penemuan teknik percetakan di abad 15 dan radio serta
televisi di abad 20, teknik-teknik ini secara mendalam telah mengkondisikan
kembali tidak hanya penyebaran gagasan belaka tapi lebih jauh adalah
bentuk-bentuk gagasan itu sendiri, berikut beberapa hal yang terkandung dalam
gagasan itu. Pengaruh komputer elektronik dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dalam waktu 30 tahun ini adalah faktanya.
b.
Semua produksi pikiran bergerak maju mengikuti sebuah
dialektika internal yang sesuai dengan sejarahnya sendiri. Setiap filosof,
pengacara, pendeta atau ilmuwan mulai dengan sebagai seorang murid. Melalui
studi mereka, mereka menggunakan berbagai tingkat konsep-konsep (atau sistem
konsep-konsep) yang diproduksi oleh generasi sebelumnya dan diwariskan ke
generasi berikutnya. Para penghasil pikiran memperlakukan dengan hati-hati,
merubah disana-sini, menyesuaikan atau merombak konsep-konsep atau hipotesis
dari suatu kerja, sesuai dengan prosedur produksi yang mereka ambil atau mereka
temukan dalam kerangka dialektik yang? Sesuai dengan kegiatan mereka. Tiap
generasi baru selalu mencoba menggunakan, memperdalam atau bahkan menolak
jawaban atas persoalan yang muncul dari subyek yang menjadi perhatian mereka.
Kadang-kadang mereka menemukan persoalan baru (yang kemudian menuntut suatu
jawaban 'revolusioner': revolusi yang filosofis, artistik, ilmiah, dsb) atau
mengemukakan kembali persoalan yang sudah dibuang oleh generasi sebelumnya.
c.
Tapi perubahan-perubahan dalam memperlakukan konsep,
bentuk-bentuk keindahan, hipotesa ilmiah, tidak terjadi dengan cara yang
ngawur, apapun kondisi sosio-historisnya. Perubahan itu didorong, dikondisikan
atau yang paling akhir dimajukan oleh kebutuhan dan konteks sosio-ekonomik.
Evolusi dari animisme ke monoteisme tidak terjadi di suatu komunitas primitif
kecil yang kegiatan produksinya terbatas pada berburu dan mengumpulkan bahan
makanan. Teori ilmiah tentang nilai kerja tidak bisa disempurnakan sebelum
munculnya kapitalisme modern. Perkembangan fisika mekanik erat berkait dengan
perkembangan mesin-mesin, yang kemudian berkait dengan kebutuhan sosial yang
khusus, dsb.Transformasi besar dalam produksi pikiran ini juga berkait dengan
struktur mental khusus yang telah ditentukan oleh struktur sosialnya. Jadi
bukan karena kebetulan maka semua usaha besar revolusi sosial dan politik di
abad 13 sampai 17 diekspresikan dalam bentuk ideologis perjuangan agama, yang
membuat agama mencapai tempat utama dalam superstruktur masyarakat feodal.
Dengan jalan yang sama, sejak pertengahan kedua abad 16 dan selanjutnya,
bangkitnya borjuis moderen menciptakan struktur mental yang menempatkan otonomi
individual, persamaan kedudukan secara resmi dan persaingan pemilikan pribadi
komoditi ke dalam semua wilayah produksi pikiran (teori hak-hak alamiah, konsep
pendidikan humanis, filsafat idealis Jerman, cetak gambar dan lukisan sesuatu
yang masih hidup, liberalisme politik, ekonomi politik klassik, dsb.)
d.
Evolusi produksi spiritual itu akhirnya ditentukan oleh
pertikaian antara kepentingan-kepentingan sosial. Sudah menjadi fakta umum
dikenal bahwa karya-karya ensiklopedis, polemik-polemik Voltaire, filsafat
Jean-Jacques Rousseau dan karya-karya kaum materialis abad 18 telah menjadi
senjata bagi borjuis manufaktur yang tengah tumbuh untuk digunakan melawan
monarki absolut yang dekaden dan sisa-sisa masyarakat feodal yang sudah usang.
Fungsi yang dimainkan oleh sosialis yang biasa disebut sosialis utopia, dan
oleh Marx dan Engels, dalam mengembangkan kesadaran proletariat yang berasal
dari sifat kelasnya, dari posisinya dan tugas-tugasnya dalam hubungannya dengan
masyarakat borjuis, dan kepentingannya untuk melenyapkan masyarakat borjuis,
adalah juga faktanya. Bahkan saat ini, orang tidak dapat ragu lagi pada fungsi
astrologi, agama-agama tertentu dan sekte-sekte mistik, filsafat yang memuja
ketidak rasionalan, doktrin-dooktrin rasiallis, atau paham 'darah dan tanah'
dan memandang hina pada humanitas, sebagai bentuk anti kelas pekerja dan
pengacauan kontra-revolusi yang menguntungkan bagi kelahiran iklim pra-fasis.
Pernyataan tersebut diatas tidak mengakibatkan munculnya gagasan tentang
adanya "persekongkolan terorganisir' antara kelas-kelas sosial yang
berbeda dengan para penghasil pikiran sebagai individual, atau gagasan tentang
adanya keterlibatan terencana sebagian penghasil pikiran ini yang menyusun
proyek-proyek politik dengan gamblang. Kesemua itu merefleksikan suatu korelasi
obyektif yang dapat, dan kadang-kadan secara subyektif dianggap, ada hubungan
langsung meskipun ini tidak harus kasuistis. Penghasil pikiran dapat menjadi
alat kekuatan sosial tanpa tahu atau menginginkannya. Keadaan hanya menegaskan
bahwa eksistensi sosial lah yang menentukan kesadaran, dan bahwa kepentingan
kelas yang ada itulah yang menugaskan fungsi-fungsi tertentu dari ideologi
tertentu dalam struktur dan evolusi tiap masyarakat.
Kekuatan produktif, hubungan sosial produksi dan mode produksi
Tiap manusia-pembuat produk adalah hasil perpaduan tiga elemen: obyek
kerja, langsung atau tidak adalah bahan mentah yang dihasilkan alam; instrumen
kerja, adalah alat produksi yang diciptakan manusia apapun tingkat
perkembangannya (dari penggunaan tongkat kayu pertama dan batu yang diasah
sampai mesin-mesin otomatis yang paling canggih saat ini); subyek kerja
--yaitu, produser. Karena dalam mengulas, akhirnya kerja selalu sosial, maka
subyek kerja tak terelakan masuk ke dalam hubungan sosial produksi.
Tapi meski obyek kerja dan instrumen kerja adalah elemen-elemn yang tak
terhindarkan di semua produksi, hubungan sosial produksi tidak dapat dipahami
dalam bentuknya yang 'nyata' --, hubungan ini tidak seharusnya dilihat sebagai
hubungan antara benda-benda, atau antara orang dengan benda. Hubungan sosial
produksi mempersoalkan _hubungan diantara orang-orang, dan hanya hubungan antar
orang. Hubungan sosial produksi menyeret keseluruhan hubungan yang dibangun
orang di antara mereka sendiri dalam produksi kehidupan material mereka.
'Keseluruhan hubungan' tidak hanya berarti hubungan 'menjelang produksi', tapi
juga hubungan yang ada dalam sirkulasi dan pembagian berbagai elemen produk
sosial yang tak terhindarkan berkait dengan produksi material (khususnya cara
dimana obyek kerja dan instrumen kerja sampai di tangan produser langsung, cara
dimana para produser itu mengatasi subsistensinya, dsb.)
Secara umum, hubungan produksi yang ada berkait pada tingkat perkembangan
kekuatan produktif yang ada, pada pencanggihan (jumlah) alat produksi yang ada,
pada teknik dan organisasi kerja yang ada. Di jaman alat-alat batu yang paling
sederhana, maka sukar sekali mempertahankan masyarakat komunal primitif dari
suatu kumpulan atau suku. Pertanian berbasis irigasi dengan bantuan alat-alat
besi telah menciptakan surplus produksi luar biasa dan permanen yang
memungkinkan tumbuhnya masyarakat berkelas (masyarakat perbudakan, masyarakat
yang didasarkan pada mode produksi Asiatik, dsb). Pertanian didasarkan pada rotasi
tanaman tiga tahun sekali menciptakan pondasi material masyarakat feodal.
Lahirnya mesin uap dengan pasti menjamin bangkitnya kapitalisme industrial
moderen. Sukar membayangkan terjadinya otomatisasi yang meluas tanpa
mengenyahkan produksi komoditi dan ekonomi uang di luar bentuk masyarakat
sosialis yang mantap dan berkembang penuh.
Tapi kalau ada keterkaitan umum antara tingkat perkembangan kekuatan
produktif dan hubungan sosial produksi, maka sifat kaitan ini tidak absolut
maupun permanen. Ketidaksesuaian ganda antara mereka bisa terjadi. Hubungan
produksi yang ada bisa menjadi penghalang bagi pertumbuhan lebih lanjut
kekuatan produksi: ini adalah pertanda paling gamblang bahwa bentuk sosial yang
ada terpaksa lenyap. Di sisi lain, hubungan produksi baru yang muncul hasil
kemenangan revolusi sosial dapat memajukan tingkat perkembangan kekuatan
produktif yang telah dicapai di negara tersebut. Ini adalah kasus kemenangan
revolusi borjuis di Nederland abad 16 dan kemenangan revolusi sosialis di Rusia
bulan Oktober 1917.
Bukanlah kebetulan karena ada peluang jika dua kasus ketidaksesuaian yang
prinsipal itu memiliki pengaruh lanjutan pada periode historis kebangkitan
sosial yang mendalam: periode revolusi sosial. Lebih jauh lagi, ketidaksesuaian
dapat juga mengakibatkan kemerosotan terus menerus kerajaan Romawi di barat dan
merosotnya kekalifahan oriental dari Timur Tengah.
Dari pada melihat saling keterkaitan mereka dalam suatu hubungan mekanik,
maka dalam banyak hal dialektika antara kekuatan produktif dan hubungan sosial
produksi lebih menentukan pergantian jaman-jaman besar dalam sejarah manusia.
Tiap mode produksi melalui fase-fase berturutan, kelahiran, pertumbuhan,
pematangan, kemerosotan, kejatuhan dan lenyap. Dalam mengulas akhirnya
fase-fase ini tergantung pada cara dimana hubungan produksi, yang awalnya baru,
kemudian mengkonsolidasi, kemudian dalam suatu krisis, secara progresif
menguntungkan, memungkinkan atau menghalangi pertumbuhan kekuatan produktif.
Artikulasi antara dialektika ini dan perjuangan kelas ada faktanya. Hanya
melalui aksi sebuah atau beberapa kelas sosial maka seperangkat hubungan
produksi yang ada bisa diperkenalkan, dirubah atau dibuang.
Tiap formasi sosial, yaitu tiap masyarakat di dalam sebuah negara, dalam
suatu jaman, selalu dicirikan oleh totalitas hubungan produksi. Sebuah formasi
sosial tanpa hubungan produksi dapat menjadi sebuah negara tanpa pekerja,
produksi atau subsistensi -- yaitu negara tanpa penduduk. Tapi tiap totalitas
hubungan sosial produksi tidak segera mengakibatkan tampilnya keberadaan mode
produksi yang stabil atau homogennya hubungan sosial produksi ini.
Mode produksi yang stabil adalah totalitas hubungan produksi yang
direproduksi kurang lebih secara otomatis oleh berfungsinya ekonomi secara
aktual, oleh pola normal reproduksi kekuatan produksi, bersama suatu peran
faktor-faktor tertentu yang saling berkait (kurang lebih penting) dari
superstruktur sosial. Ini adalah kasus yang berabad-abad terjadi di banyak
negara dengan mode produksi asiatik, perbudakan, feodal dan kaitalis. Ini
adalah kasus yang beribu-ribu tahun terjadi pada mode produksi komunis
kesukuan. Artinnya, sebuah mode produksi adalah struktur yang tidak dapat
secara fundamental dirubah oleh evolusi, penyesuaian atau reformasi secara
sendiri. Logika internalnya hanya dapat dilampaui jika mode produksi itu
dienyahkan.
Sebaliknya, dalam periode pergolakan sosial historis yang dalam, seseorang
bisa mengalami sejumlah total hubungan produksi yang tidak memiliki sifat mode
produksi yang mantap. Contoh tipikal dari ini adalah jaman ketika produksi
komoditi kecil menguasai (abad 15 dan 16 di negara daerah rendah, Italia utara
dan kemudian di Inggris). Saat itu hubungan yang tampak adalah bukan antara
tuan tanah dan hamba-hamba, tidak juga antara kapitalis dan produser pencari
upah, tetapi adalah antara produser-produser bebas yang punya jangkauan
langsung pada alat produksi mereka. Keadaan ini sama ciri-cirinya dengan
hubungan produksi negara pekerja terbirokratisasi saat ini. Baik dalam sebuah
kasus maupun lain kasus, tak seorang pun bisa menunjukan keberadaan sebuah mode
produksi yang sudah mantap. Di semua _masyarakat dalam fase transisional_ ini,
hubungan sosial produksi yang bercampur-baur ini bukan sutau struktur yang bisa
mereproduksi dirinya sendiri kurang lebih secara otomatis. Hubungan sosial ini
bisa mengakibatkan terbangunnya kembali masyarakat lama maupun munnculnya mode
produksi yang baru. Pilihan-pilihan yang historis ini dibangun oleh sejumlah
faktor, terutama oleh faktor memadai atau tidaknya pertumbuhan kekuatan
produksi, hasil dari perjuangan kelas di suatu negeri dan di tingkat
internasional, faktor permanian elemen superstruktural dan subyektif (peran
negara, partai, tingkat kesiapan berperang dan kesadaran kelas revolusioner,
dsb.)
Di sisi lain, bahkan ketika mode produksi yang sudah stabil itu ada,
hubungan produksinya tidak serta merta homogen. Bahkan hampir ini tidak pernah
terjadi. Dalam tiap formasi sosial kongkritrit, selalu ada perpaduan antara
hubungan produksi dominan dari mode produksi yang berlaku dengan sisa-sisa
hubungan produksi sebelumnya yang tidak seluruhnya terserap, yang secara
historis telah bertahan sejak dulu kala. Misalnya, secara praktis, semua
negara-negara imperialis masih mengandung sisa-sisa produksi komoditi kecil
dalam pertaniannya (petani pemilik kecil, yang bekerja tanpa kerja mencari
upah) dan bahkan sisa-sisa hubungan produksi semi feodal (bagi hasil). Dalam
kasus tersebut bicara tentang mode produksi yang mantap akan jadi benar kalau
dominannya ciri-ciri hubungan produksi dari mode produksi itu begitu rupa
sehingga bisa menjamin reproduksinya secara otomatis dan dominasinya atas
seluruh kehidupan ekonomi melalui logika internal dan hukum perkembangan
mereka.
Contoh ciri-ciri hubungan produksi yang bercampur-baur tapi didominasi oleh
satu mode produksi yang hegemonik adalah pada apa yang umum disebut formasi
sosial 'dunia ketiga'. Disini hubungan produksi pra-kapitalis, semi kapitalis
dan kapitalis saling berdampingan, berpadu dalam satu cara yang telah tertentu
dibawah tekanan struktur imperialis ekonomi internasional. Di samping
mendominasinya modal, dan disamping peleburan ke dalam sistem imperialis,
hubungan produksi kapitalis (terutama, hubungan 'upah kerja-kapital') tidak
menjadi sesuatu yang umum, meskipun hubungan produksi itu ada dan secara
perlahan memperluas diri. Tapi fakta ni tidak membenarkan usaha memberi ciri
pada formasi sosial ini sebagai 'negara feodal', maupun memasukan pengertian
bahwa hubungan produksi feodal atau semi feodal mendominasi di dalamnya. Ini
adalah kesalahan teoritis yang dilakukan oleh banyak teoritisi sosial.
Determinisme historis dan praktek revolusioner
Perkembangan masyarakat adalah sebuah doktrin yang determinis. Tesis
fundamental doktrin ini menegaskan bahwa keberadaan sosial lah yang menentukan
kesadaran sosial. Sejarah masyarakat manusia itu bisa dijelaskan. Gerak
sejarahnya tidak terjadi dengan ngawur dan seenaknya. Terbentangnya sejarah
masyarakat manusia tidak tergantung pada kehendak gerak genetik yang tak dapat
diramalkan sebelumnya atau pada kehendak 'manusia mulia' di tengah kaum awam
yang tercerai-berai. Dalam mengulasnya akhirnya sejarah masyarakat manusia
dijelaskan oleh struktur fundamental masyarakat di masing-masing jaman dan oleh
kontradiksi mendasar dari struktur tersebut. Sebab sepanjang masyarakat dibagi
dalam kelas-kelas, maka sejarah masyarakat dijelaskan oleh perjuangan kelas.
Meskipun perkembangan masyarakat itu adalah sebuah doktrin yang determinis,
tapi ini berlaku dalam pengertian yang dialektis dan tidak mekanistik.
Sudah barang tentu pilihan-pilihan manusia itu ditentukan sebelumnya oleh
batasan material dan sosial dimana ia tak dapat lari dari itu. Tapi tetap dalam
kerangka batasan tersebut manusia masih dapat mendesakkan nasibnya sendiri .
Manusia membuat sejarahnya sendiri. Jika manusia adalah produk dari kondisi
material yang ada, maka kondisi material ini pada gilirannya adalah produk dari
praktek sosial manusia.
Dilampauinya idealisme historis kuno (bahwa 'gagasan, atau manusia mulia
adalah yang membuat sejarah') dan materialisme mekanis kuno (bahwa 'orang
adalah produk lingkungan') ada dalam satu jalan kelahiran teori ekonomi
politik.
Pada lain hal, ini berarti bahwa hasil dari tiap jaman besar ledakan sosial
dalam sejarah tetap tidak pasti. Ledakan itu bisa mengakibatkan kemenangan
kelas revolusioner. Tapi ledakan itu dapat pula mengakibatkan terjadinya
pembusukan timbal balik semua kelas fundamental dalam masyarakat yang ada,
seperti kasus berakhirnya mode produksi kuno berbasis pada perbudakan. Sejarah
bukanlah sejumlah total gerak maju yang linier. Banyak formasi sosial masa lalu
yang telah hilang tanpa meninggalkan banyak jejak, terutama karena tiadanya
atau lemahnya kelas revolusioner yang mampu mendesakkan suatu jalan untuk maju.
Fakta kemerosotan kapitalisme kontemporer tidak secara otomatis
mengakibatkan kemenangan sosialisme. Kemerosotan itu bisa mengakibatkan
tumbuhnya 'sosialisme atau barbarisme' bentuk lain. Sosialisme adalah keharusan
sejarah yang memungkinkan suatu kebangkitan baru dalam kekuatan produksi yang
konsisten dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi kontemporer. Terutama
dalam hal kebutuhan manusia, sosialisme akan membuka kemungkinan terpenuhinya
kebutuhan, dengan kondisi yang menjamin mekarnya seluruh potensi manusia di
tiap individu dan semua orang, tanpa menggoncang keseimbangan ekologis. Tapi apa
yang dibutuhkan tidak berarti sama dengan apa yang dicapai. Hanya tindakan yang
sadar dan revolusioner dari proletariat yang dapat menjamin kemenangan
sosialisme. Sedangkan potensi produktif yang begitu besar dari teknologi dan
ilmu pengetahuan kontemporer akan mulai menggunakan suatu bentuk kemajuan yang
lebih destruktif terhadap peradaban, kebudayaan, kemanusiaan, alam dan,
sederhananya, kehidupan di planet kita.
Jadi praktek sosial manusia menciptakan struktur sosial yang selanjutnya
menyelubungi praktek sosial itu sendiri. Melalui praktek sosial revolusioner
maka struktur yang itu juga dapat dilenyapkan. Tidak mungkin untuk
memperkenalkan kembali feodalisme atau komunisme dari komunitas autarkis kecil
produsen-konsumen, pada basis kekuatan produktif kontemporer. Ekonomi politik
menekankan bahwa revolusi sosial yang progresif hanya mungkin jika prakondisi
material dan kekuatan sosial yang memungkinkan penciptaan organisasi sosial
yang lebih superior itu telah matang dalam masyarakat yang tua.
Tapi teori ekonomi-politik tidak fatalistik, karena mempostulatkan bahwa
datangnya masyarakat baru ini adalah produk tak tak terhindarkan dari matangnya
kondisi sosial dan material yang memang dibutuhkan bagi kemunculan masyarakat
tersebut. Datangnya masyarakat ini hanya dapat terjadi akibat dari hasil
perjuangan diantara kekuatan sosial yang hidup. Dalam mengulasnya, pada
akhirnya masyarakat ini adalah akibat dari tingkat keefektifan sosial dari aksi
revolusioner_. Pada gilirannya jika ini sebagian dikondisikan oleh lingkungan
sosial dan keseimbangan kekuatan-kekuatan, maka aksi revolusioner dapat
membalik, memecah atau mempercepat evolusi lingkungan dan keseimbangan kekuatan
ini. Bahkan keseimbangan kekuatan yang nyata menguntungkan ini dapat dirusak
oleh kelemahan subyektif di sisi kelas revolusionernya. Artinya, di jaman
revolusi dan kontra revolusi kita ini, 'faktor subyektif sejarah' (kesadaran
kelas dan kepemimpinan revolusioner proletariat) memainkan peran utama dalam
menentukan hasil pertarungan besar kelas-kelas, dalam menentukan masa depan
spesies manusia.
Keterasingan dan pembebasan
Selama beribu tahun manusia hidup dalam ketergantungan kuat pada kekuatan
alam yang tak dapat dikendalikannya. Manusia hanya dapat mencoba menyesuaikan
diri pada lingkungan pergaulan yang ada secara alamiah, masing-masing kelompok
kecil manusia menyesuaikan diri pada kelompoknya sendiri. Manusia adalah yang
terpenjara dalam suatu horison yang sempit dan terbatas, meskipun beberapa
masyarakat primitif dapat mengembangkan potensi tertentu manusia dalam cara
yang luar biasa (misalnya, lukisan paleolitik).
Dalam perkembangan kekuatan produksi yang bertahap, sedikit demi sedikit
manusia mengatur dirinya untuk membalik hubungan ketergantungan absolut itu.
Manusia makin lama makin berhasil menundukan kekuatan alam, mengendalikannya,
menjinakannya, menggunakannya secara sadar untuk meningkatkan produksi, membuat
variasi kebutuhan, mengembangkan potensi manusia dan memperluas hubungan sosial
sehingga akhirnya merangkul dan mempersatukan sebagian manusia di tingkat
dunia.
Tapi makin banyak orang membebaskan dirinya sendiri dalam hubungannya
dengan kekuatan alam, mereka makin mengasingkan diri dalam hubungannya dengan
organisasi sosialnya sendiri. Ketika kekuatan produksi tumbuh, ketika produksi
material mengalami kemajuan, ketika hubungan produksi menjadi hubungan dari
suatu masyarakat yang terbagi dalam kelas-kelas, massa manusia tak lagi
mengendalikan keseluruhan produksinya atau keseluruhan aktivitas produktifnya.
Karenanya ia tak lagi mengontrol keberadaan sosialnya sendiri. Dalam masyarakat
kapitalis kehilangan kendali semacam ini menjadi sepenuhnya. Setelah bebas dari
penaklukan oleh kehendak alam, manusia kelihatan ditakdirkan untuk menjadi
sasaran kehendak organisasi sosialnya sendiri. Bebas dari akibat banjir, gempa
bumi, epidemi dan kekeringan, yang tak tertanggulangi, manusia kelihatan
dikutuk untuk menerima akibat perang dan krisis ekonomi, kediktatoran berdarah
dan penghancuran kekuatan produksi secara kriminal, bahkan kemungkinan perusakan
oleh nuklir. Ketakutan akan perubahan besar tersebut saat ini telah menumbuhkan
kecemasan lebih besar dari pada ketakutan akan kelaparan, sakit atau kematian
seperti sebelumnya.
Tapi, perkembangan kekuatan produksi yang sama mengesankannya juga terjadi.
Perkembangan kekuatan produksi yang mendorong keterasingan manusia sampai ke
perbatasan dalam hubungannya dengan produksi dan masyarakatnya sendiri, di
bawah kapitalisme juga menciptakan kemungkinan melakukan pembebasan manusia
yang senyatanya.
Kemungkinan ini harus dipahami dalam dua pengertian. Pertama, manusia akan
lebih dan lebih lagi mampu mengendalikan dan menentukan perkembangan sosialnya
demikian pula dengan pergolakan dalam lingkungan pergaulan alamiah yang sedang
terjadi. Kedua, manusia akan semakin mampu mengembangkan secara penuh semua
potensi perkembangan individual dan sosial, yang sebelumnya telah dicekik atau
dirusak oleh ketidakmampuan mengendalikan kekuatan alam, organisasi sosal dan
nasib sosialnya sendiri.
Pembangunan masyarakat tanpa kelas, dan kemudian menjadi masyarakat
komunis, mengakibatkan terbebasnya buruh, terbebasnya manusia sebagai produser.
Pekerja menjadi penguasa atas produk-produk dan proses kerjanya sendiri. Mereka
bebas memilih hal mana yang harus didahulukan dalam pembagian produk sosial.
Mereka memutuskan secara kolektif dan demokratis aturan-aturan sehingga
berbagai kebutuhan bisa dipenuhi, memutuskan prioritas produktif, pengorbanan
waktu senggang dan konsumsi untuk masa sekarang, yang mana alokasi sumber-sumber
akan memenuhinya.
Sudah tentu, pilihan-pilihan ini akan terus dibuat dalam kerangka pembatas
tertentu. Tak ada masyarakat manusia dapat mengkonsumsi lebih dari yang
diproduksinya tanpa mengurangi cadangan konsumsinya dan sumber produksinya
serta memaksa diri mengurangi konsumsi masa sekarang untuk waktu kemudian,
ketika kekurangan cadangan dan sumber produksi telah mencapai ambang pintu.
Artinya, rumusan Frederick Engels yang menyatakan bahwa kebebasan adalah
pengakuan atas kebutuhan tetap berlaku bahkan bagi manusia komunis.
'Mengendalikan kebutuhan' akan lebih tepat dari pada 'pengakuan kebutuhan',
ketika kontrol manusia atas kondisi kehidupan alam dan sosial itu tumbuh,
ketika jumlah tanggapan yang mungkin terhadap kondisi terbatas itu tumbuh, dan
makin banyak manusia dapat membebaskan dirinya dari keharusan untuk memakai
hanya satu jawaban permasalahan. Tapi ada dimensi kedua dalam hal
tidakterasingnya manusia, yang memperbesar lingkaran kemerdekaan manusia secara
luar biasa. Ketika semua kebutuhan dasar semua orang dipuaskan, ketika
reproduksi dari keberlimpahan ini terjamin, maka usaha memecahkan masalah
material berhenti menjadi prioritas bagi manusia. Manusia membebaskan dirinya
dari pembudakan pada kerja mekanistik dan tidak kreatif. Manusia membebaskan
dirinya dari perhitungan-perhitungan tentang bagaimana ia menggunakan waktu
dengan hemat dan dari keharusan mencurahkan waktu tersebut terutama untuk
produksi material. Perkembangan aktivitas kreatif, perkembangan individualitas
manusia yang kaya, perkembangan hubungan manusia yang lebih luas lagi, semua
ini menjadi prioritas mengambil alih tempat akumulasi konstan barang-barang
material yang semakin tidak berguna.
Oleh karena itu praktek sosial revolusioner tidak hanya akan membuahng
hubungan produksi. Praktek itu akan merubah semua organisasi sosial, semua
kebiasaan, mental dan psikologi manusia yang tradisional. Egoisme material dan
semangat persaingan yang agresif akan melenyap karena tak adanya suntikan untuk
itu dalam pengalaman sehari-hari.
Manusia akan menguasai lingkungan geografis sekelilingnya, konfigurasi
globe, iklim dan distribusi cadangan air, yang pada saat itu juga menjaga dan
membangun kembali keseimbangan ekologis. Manusia akan mengembalikan segala
sesuatunya pada dasar biologisnya sendiri. Manusia tidak dapat mencapai segala
tuntutan ini dengan cara yang mutlak sukarela, mandiri dari segala persyaratan
dan infrastruktur material yang memadai. Tetapi sekali infrastruktur ini
terjamin, maka manusia aktif, dengan lebih dan lebih bebas menentukan pilihan,
yang akan menjadi pembangkit prinsipil bagi usaha menciptakan orang yang baru,
komunis yang bebas dan tak terasing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar