Sabtu, 04 Agustus 2012

DIALEKTIKA MATERIALIS DAN GERAK SEJARAH PERKEMBANGAN MASYARAKAT


Produksi Manusia dan Komunikasi Manusia

Manusia adalah makhluk yang unik baik karena kualitas fisiknya maupun karena kelemahan fisiknya. Disatu sisi manusia memiliki posisi berdiri yang tegak, tangan dengan sebuah jempol yang bebas dan fleksibel, mata menonjol yang dapat melihat secara jauh dan mendalam, lidah, tenggorokan dan pita suara yang memungkinkannya mengeluarkan berbagai bunyi-bunyian secara terpisah maupun secara terpadu, kulit otak yang sudah tinggi perkembangannya, cuping otak yang menonjol keluar dan belitan-belitan serebral, selubung batok kepala, dan permukaan wajah yang menyusut, yang memungkinkan semua perkembangan ini. Semua kualitas fisik ini tak pelak berguna bagi pembuatan alat-alat secara tekun dan hati-hati. Kualitas fisik ini telah secara progresif disempurnakan segera bersama dengan disempurnakannya alat-alat dan kerja produktif.
Di sisi lain, sebagian besar pikiran dan organ-organ manusia kurang berkembang ketimbang pikiran dan organ spesies binatang lain yang sudah tinggi spesialisasinya. Ketika dipaksa turun dari pohon, barangkali ini karena perubahan iklim, dan hidup dengan berbagai makanan di padang rumput, manusia primitif tidak bisa bertahan menghadapi binatang carnivora dengan berlari seperti kijang, atau memanjat seperti simpanse, terbang jauh seperti burung atau bergantung pada kekuatan fisiknya seperti kerbau atau gorila. Dengan karakter fisik macam ini, manusia primitif tak bisa bergantung pada bahan-bahan makanan yang paling memikat hatinya: binatang memamah biak yang tak terhitung banyaknya yang juga hidup di padang rumput. Lebih dari itu semua, manusia yang baru lahir secara khusus adalah janin di luar kandungan yang lemah dan tak mandiri, yang sepenuhnya tergantung pada ibu-ibu di perkumpulannya (posisi tegak berdiri, yang menyempitkan tulang panggul perempuan, jelas telah membantu terbentuknya ciri prematur pada kelahiran manusia).Kemungkinan organisasi sosial serta kebutuhan organisasi sosial berakar pada perpaduan antara kelebihan dan kekurangan tersebut. Manusia tidak dapat bertahan hidup atau bisa menjamin subsistensinya secara individual tanpa bekerja-sama dengan anggota lain dalam spesiesnya. Organ-organ fisiknya terlalu sedikit berkembang untuk membuat mereka bisa memperoleh bahan makanan secara langsung. Manusia harus memproduksi bahan makanan ini secara kolektif, dengan bantuan alat, untuk bisa mempertahankan dan menyempurnakan organ-organnya. Produksi ini dijamin melalui tindakan komunal oleh sekelompok manusia. Bayi manusia diintegrasikan ke dalam kelompok dan belajar tentang aturan-aturan dan teknik-teknik bertahan hidup sebagai anggota kelompok melalui sosialisasi yang maju.
Oranisasi sosial manusia dan sosialisasi bayi-bayi manusia menuntut adanya bentuk komunikasi diantara anggota-anggota kelompokyang yang secara kualitatif lebih superior dari bentuk komunikasi diantara spesies binatang lainnya. Bentuk bahasa yang lebih superior ini, yang berkaitan dengan perkembangan kulit otak, memungkinkan pertumbuhan kapasitas abstraksi dan belajar --yaitu, konservasi, transmisi dan akumulasi pelajaran-pelajaran dari pengalaman. Bentuk superior ini juga memungkinkan diproduksinya konsep-konsep, pikiran, kesadaran. Disini, ciri-ciri kemanusiaan yang berbeda-beda tersebut --yang adalah 'sifat antropologis' kita-- berkait erat satu sama lain. Jadi karena mereka adalah kera telanjang yang berjalan dengan posisi berdiri tegak' karena mereka adalah janin di luar kandungan saat mereka lahir, maka mereka harus menjadi pembuat alat terrencana, makhluk sosial yang mengembangkan bahasa, yang menyimpan kesan-kesan dan bayangan-bayangan berturut-turut, mampu menggunakan dan menyempurnakan diri untuk tujuan-tujuan praktis, mampu belajar, mengantisipasi, berpikir, mengabstraksi, menggunakan imajinasi dan rekaan.
Interaksi, perpaduan dari ciri-ciri ini bersifat menentukan. Ada primata seperti manusia yang menggunakan alat-alat dan bahkan kadang-kadang melampaui tingkat perkembangan elementer mereka yang biasanya. Ada beberapa spesies yang bisa tahu bentuk-bentuk kerja sama kolektif secara instingtif. Dan masih ada banyak spesies, yang tampak punya bentuk komunikasi elementer. Tapi spesies manusia adalah satu-satunya yang secara progresif membuat alat-alat dengan cara yang lebih terencana, menyempurnakannya setelah mereka dapat dipahami dengan cara yang sadar, berdasarkan pengalaman berturut-turut, yang juga dialihkan ke pihak lain sebagai hasil dari makin dan makin banyak dan sempurnanya komunikasi. Perkembangan alat-alat membebaskan mulut. Mulut menyempurnakan bahasa dan kemampuan abstraksi, yang pada gilirannya memungkinkan alat-alat diperbaiki dan alat-alat baru ditemukan. Tangan mengembangkan otak, yang dengan memperbaiki penggunaan tangan bisa menciptakan kondisi-kondisi bagi perbaikan otak itu sendiri.
Meskipun transformasi primata anthropoid menjadi manusia dikondisikan oleh keberadaan suatu infrastruktur anatomis dan neurologis, tapi transformasi itu tidak bisa dipandang semata karena infrastruktur ini. Dialektika 'produksi/komunikasi' menciptakan kemungkinan perkembangan tak terbatas dalam menghasilkan, menemukan dan menyempurnakan alat-alat dan karenanya dalam produksi manusia, menciptakan kemungkinan perkembangan tanpa batas dalam pengalaman manusia, belajar dan mengantisipasi dan karenanya memungkinkan kekenyalan dan adaptabilitas spesies manusia tanpa batas secara praktis. Masyarakat material dan budaya manusia merupakan sifat kedua dari transformasi tersebut.
Dengan pemahaman ini maka absurd jika menyatakan bahwa tiap lembaga sosial (hilangnya ketidaksamaan sosial atau tiadanya negara, lenyapnya pemilikan pribadi) berarti 'bertentangan dengan sifat manusia'. Manusia telah hidup dan dapat hidup dalam kondisi-kondisi yang paling berbeda-beda. Tak satupun dari lembaga-lembaga ini terbukti merupakan suatu prakondisi absolut dan abadi bagi kelangsungan hidup manusia. Tiap penegasan yang menyatakan bahwa 'insting agresif' itu menentukan evolusi manusia telah mengacaukan antara kecenderungan itu sendiri (lebih jauh yang ada bersama-sama dengan negasinya sendiri --insting bergaul dan bekerjasama) dengan realisasi dari kecenderungan itu. Pra-sejarah dan sejarah menunjukan bahwa lembaga-lembaga dan kondisi sosial yang memungkinkan kita mengikuti dan mengendalikan kecenderungan ini, tapi, bertentangan dengan ini, memang ada hal lain yang mendesak munculnya kecenderungan dalam bentuk yang tidak diharapkan.
Dialektika 'produksi/komunikasi' menguasai seluruh kondisi manusia. Segala sesuatu pada orang-orang dilakukan 'dengan melewati kepalanya'. Produksi manusia itu berbeda dari cara binatang memperoleh makanan terutama karena kegiatan itu tidak merupakan kegiatan yang murni instingtif. Secara umum, kegiatannya merupakan realisasi sebuah 'rencana' yang pertama tumbuh di kepala manusia. Tentu saja, 'rencana' ini bukan sesuatu yang jatuh dari langit. Rencana itu adalah reproduksi atau pemaduan kembali oleh otak manusia, elemen-elemen dan masalah-masalah dalam kegiatan mereka itu yang memang tak terhindarkan pada kelangsungan hidup manusia, yang telah dialami dan diserap oleh otak beribu-ribu kali dalam pengalaman hidup. Tapi di sisi lain, kemampuan untuk ? memadukan kembali konsep-konsep yang pada akhirnya lahir dari praksis sosial memungkinkan kkemanusiaan untuk menemukan, mengantisipasi, membayangkan perubahan-perubahan di alam dan masyarakat yang tidak terjadi sebelumnya, yang hanya hipotetis sifatnya dan yang paling tidak sebagian akan diwujudkan karena kegiatan antisipasi ini. Perkembangan masyarakat adalah ilmu masyarakat manusia yang pada dasarnya mencoba memperhatikan dan menerangkan dialektika produksi/komunikasi ini.

Basis Sosial dan Superstruktur

Tiap masyarakat manusia harus menghasilkan supaya tetap hidup. Produksi subsistensi --dalam pengertian luas atau sempit, yaitu sekedar pemuasan kebutuhan makan maupun pemuasan seluruh kebutuhan yang diakui secara sosial-- dan pembuatan perangkat serta benda-benda kerja yang dibutuhkan untuk produksi ini merupakan kondisi awal bagi tiap organisasi atau aktivitas sosial yang lebih kompleks.
Perkembangan masyarakat menyatakan bahwa cara manusia mengorganisir produksi materialnya merupakan dasar dari seluruh organisasi sosial. Dasar ini pada gilirannya menentukan semua kegiatan sosial lainnya --pengaturan hubungan antara kelompok manusia (terutama muncul dan berkembangnya negara), pengaturan produksi spiritual, moral, hukum, agama, dsb. Apa yang umum disebut kegiatan superstruktur ini dalam satu atau lain cara, selalu tetap mengacu pada base.
Gagasan ini telah menggemparkan dan masih menggemparkan banyak orang. Puisi Homer, kita injil, quran, prinsip hukum Romawi, drama Shakespeare, lukisan Michaelangelo, pernyataan Hak asasi manusia, bahkan _communist manifesto itu sendiri -- dapatkah semua produk usaha spiritual ini benar-benar telah tergantung pada cara orang-orang masa kini mengolah lahan mereka dan menenun pakaian mereka? Untuk memahami prinsip perkembangan masyarakat kita harus mulai justru dengan menerangkan apa yang kita maksud dengan rumusan itu, perkembangan masyarakat.
Perkembangan masyarakat tidak lain menegaskan bahwa produksi material ('faktor ekonomi') secara langsung dan segera menentukan isi dan bentuk apa yang semua menyebut sebagai kegiatan superstruktur. Lebih lagi, basis sosial tidak sekedar semacam aktivitas produksi, bahkan 'produksi material'nya tidak terisolasi. Yang dibentuk orang dalam produksi kehidupan material mereka adalah hubungan sosial. Sebenarnya perkembangan masyarakat bukan determinisme ekonomik tetapi determinisme sosio-ekonomik.
Kegiatan-kegiatan di tingkat superstruktural tidak sesegera itu tumbuh dari hubungan sosial produksi ini. Hanya pada akhirnya saja mereka ditentukan oleh hubungan sosial produksi. Serangkaian perantara karenanya ikut campur mengantarai dua tingkat kegiatan sosial itu. Ini yang akan kita uji secara singkat pada bagian tiga bab ini.
Sehingga, jika pada akhirnya basis sosial itu menentukan fenomena dan kegiatan di tingkat superstruktur, maka superstruktur ini dapat juga melakukan tindakan kembali pada basis. Satu gambaran akan ditunjukan disini. Negara selalu memiliki watak kelas yang tepat dan berhubungan dengan basis sosio-ekonomi tertentu. Tapi negara untuk sebagian bisa memodifikasi basis itu.
Jika selama beberapa abad menyelamatkan kebangsawanan feodal dari kehancuran ekonomik tertentu dilakukan dengan mengeruk pajak dari kelas-kelas sosial lain, maka itu berarti negara monarki absolut (dari abad 16-sampai abad 18 di Eropa) dengan penuh kuasa telah membantu digantikannya mode produksi feodal dengan mode produksi kapitalis dengan cara mengembangkan merkantilisme, kolonialisme, mendorong manfaktur dan sistem moneter nasional, dsb.
Ada beberapa alasan mengapa kegiatan-kegiatan di tingkat superstruktur pada akhirnya ditentukan oleh basis sosialnya. ? Mereka yang mengontrol produksi material dan produksi surplus sosial juga menjamin kelangsungan mereka yang hidup dari produk surplus sosial. Apakah ideolog, seniman dan ilmuwan itu menerima atau menolak ketergantungan tersebut, tapi produksi surplus masih menentukan kerangka kegiatan mereka. Hubungan sosial produksi karenanya mengandung konsekuensi-konsekuensi yang berkaitan dengan bentuk-bentuk kegiatan di lingkaran superstruktural, yang juga merupakan suatu pengkondisian. Hubungan produksi dipersatukan oleh bentuk-bentuk komunikasi yang dominan di masing-masing masyarakat, yang mendorong tampilnya struktur mental dominan yang mengkondisi bentuk-bentuk berpikir dan penciptaan artistik.

Produksi Material dan Produksi Pikiran

Dialektika basis sosial/superstruktur sosial mempengaruhi hubungan produksi material dan produksi pikiran. Suatu studi yang lebih detil mengenai hubungan tersebut akan memungkinkan kita memahami lebih baik kompleksitas dari dialektika ini dan juga memungkinkan kita menegaskan pentingnya elemen aktif dari dialektika itu, suatu elemen yang akan dibicarakan pada akhir bab ini.
Perkembangan masyarakat mengatakan bahwa hubungan produksi merupakan basis dari seluruh masyarakat, yang padanya berdiri superstruktur. Sebenarnya, dua tingkat ini mempermasalahkan dua bentuk aktivitas sosial yang berbeda.Produksi material adalah obyek fundamental aktivitas di tingkat basis sosial. Produksi ideologis (filsafat, agama, peradilan, politik, dsb) adalah obyek fundamental aktivitas di tingkat superstruktur sosial. Sudah tentu, kegiatan yang terakhir ini juga meliputi kegiatan aparatur negara, yang kegiatannya terlalu jauh untuk bisa sekedar ditempatkan dalam wilayah ideologis. Tapi, dengan mengecualikan ini, perbedaan yang telah kita buat tampaknya berkait satu sama lain.
Perkembangan masyarakat menyodorkan suatu penjelasan mengenai evolusi masing-masing lingkaran kegiatan ini, mengenai saling ketergantungannya dan hubungan timbal-baliknya. Penjelasan ini menggabungkan empat tingkat:
a.  Semua produksi pikiran dalam satu atau lain cara berkait dengan proses kerja material. Produksi ini selalu beroperasi serentak bersama infrastruktur materialnya sendiri. Beberapa hasil seni awal mulanya adalah hasil langsung kerja material (fungsi magis dari lukisan primitif; asal muasal tarian yang merupakan formalisasi gerak berproduksi; masuknya lagu-lagu ke dalam kegiatan produksi; dsb). Revolusi teknologi secara mendalam mempengaruhi produksi ideologis, ilmu pengetahuan, seni. Ilmu pengetahuan seperti geometri, astronomi, hidrografi, biologi dan kimia berkembang dalam hubungan yang erat dengan irigasi di pertanian, pengembangan pemeliharaan ternak, dan perkembangan metalurgi. Sesudah penemuan teknik percetakan di abad 15 dan radio serta televisi di abad 20, teknik-teknik ini secara mendalam telah mengkondisikan kembali tidak hanya penyebaran gagasan belaka tapi lebih jauh adalah bentuk-bentuk gagasan itu sendiri, berikut beberapa hal yang terkandung dalam gagasan itu. Pengaruh komputer elektronik dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam waktu 30 tahun ini adalah faktanya.
b.  Semua produksi pikiran bergerak maju mengikuti sebuah dialektika internal yang sesuai dengan sejarahnya sendiri. Setiap filosof, pengacara, pendeta atau ilmuwan mulai dengan sebagai seorang murid. Melalui studi mereka, mereka menggunakan berbagai tingkat konsep-konsep (atau sistem konsep-konsep) yang diproduksi oleh generasi sebelumnya dan diwariskan ke generasi berikutnya. Para penghasil pikiran memperlakukan dengan hati-hati, merubah disana-sini, menyesuaikan atau merombak konsep-konsep atau hipotesis dari suatu kerja, sesuai dengan prosedur produksi yang mereka ambil atau mereka temukan dalam kerangka dialektik yang? Sesuai dengan kegiatan mereka. Tiap generasi baru selalu mencoba menggunakan, memperdalam atau bahkan menolak jawaban atas persoalan yang muncul dari subyek yang menjadi perhatian mereka. Kadang-kadang mereka menemukan persoalan baru (yang kemudian menuntut suatu jawaban 'revolusioner': revolusi yang filosofis, artistik, ilmiah, dsb) atau mengemukakan kembali persoalan yang sudah dibuang oleh generasi sebelumnya.
c.  Tapi perubahan-perubahan dalam memperlakukan konsep, bentuk-bentuk keindahan, hipotesa ilmiah, tidak terjadi dengan cara yang ngawur, apapun kondisi sosio-historisnya. Perubahan itu didorong, dikondisikan atau yang paling akhir dimajukan oleh kebutuhan dan konteks sosio-ekonomik. Evolusi dari animisme ke monoteisme tidak terjadi di suatu komunitas primitif kecil yang kegiatan produksinya terbatas pada berburu dan mengumpulkan bahan makanan. Teori ilmiah tentang nilai kerja tidak bisa disempurnakan sebelum munculnya kapitalisme modern. Perkembangan fisika mekanik erat berkait dengan perkembangan mesin-mesin, yang kemudian berkait dengan kebutuhan sosial yang khusus, dsb.Transformasi besar dalam produksi pikiran ini juga berkait dengan struktur mental khusus yang telah ditentukan oleh struktur sosialnya. Jadi bukan karena kebetulan maka semua usaha besar revolusi sosial dan politik di abad 13 sampai 17 diekspresikan dalam bentuk ideologis perjuangan agama, yang membuat agama mencapai tempat utama dalam superstruktur masyarakat feodal. Dengan jalan yang sama, sejak pertengahan kedua abad 16 dan selanjutnya, bangkitnya borjuis moderen menciptakan struktur mental yang menempatkan otonomi individual, persamaan kedudukan secara resmi dan persaingan pemilikan pribadi komoditi ke dalam semua wilayah produksi pikiran (teori hak-hak alamiah, konsep pendidikan humanis, filsafat idealis Jerman, cetak gambar dan lukisan sesuatu yang masih hidup, liberalisme politik, ekonomi politik klassik, dsb.)
d.  Evolusi produksi spiritual itu akhirnya ditentukan oleh pertikaian antara kepentingan-kepentingan sosial. Sudah menjadi fakta umum dikenal bahwa karya-karya ensiklopedis, polemik-polemik Voltaire, filsafat Jean-Jacques Rousseau dan karya-karya kaum materialis abad 18 telah menjadi senjata bagi borjuis manufaktur yang tengah tumbuh untuk digunakan melawan monarki absolut yang dekaden dan sisa-sisa masyarakat feodal yang sudah usang. Fungsi yang dimainkan oleh sosialis yang biasa disebut sosialis utopia, dan oleh Marx dan Engels, dalam mengembangkan kesadaran proletariat yang berasal dari sifat kelasnya, dari posisinya dan tugas-tugasnya dalam hubungannya dengan masyarakat borjuis, dan kepentingannya untuk melenyapkan masyarakat borjuis, adalah juga faktanya. Bahkan saat ini, orang tidak dapat ragu lagi pada fungsi astrologi, agama-agama tertentu dan sekte-sekte mistik, filsafat yang memuja ketidak rasionalan, doktrin-dooktrin rasiallis, atau paham 'darah dan tanah' dan memandang hina pada humanitas, sebagai bentuk anti kelas pekerja dan pengacauan kontra-revolusi yang menguntungkan bagi kelahiran iklim pra-fasis.
Pernyataan tersebut diatas tidak mengakibatkan munculnya gagasan tentang adanya "persekongkolan terorganisir' antara kelas-kelas sosial yang berbeda dengan para penghasil pikiran sebagai individual, atau gagasan tentang adanya keterlibatan terencana sebagian penghasil pikiran ini yang menyusun proyek-proyek politik dengan gamblang. Kesemua itu merefleksikan suatu korelasi obyektif yang dapat, dan kadang-kadan secara subyektif dianggap, ada hubungan langsung meskipun ini tidak harus kasuistis. Penghasil pikiran dapat menjadi alat kekuatan sosial tanpa tahu atau menginginkannya. Keadaan hanya menegaskan bahwa eksistensi sosial lah yang menentukan kesadaran, dan bahwa kepentingan kelas yang ada itulah yang menugaskan fungsi-fungsi tertentu dari ideologi tertentu dalam struktur dan evolusi tiap masyarakat.

Kekuatan produktif, hubungan sosial produksi dan mode produksi

Tiap manusia-pembuat produk adalah hasil perpaduan tiga elemen: obyek kerja, langsung atau tidak adalah bahan mentah yang dihasilkan alam; instrumen kerja, adalah alat produksi yang diciptakan manusia apapun tingkat perkembangannya (dari penggunaan tongkat kayu pertama dan batu yang diasah sampai mesin-mesin otomatis yang paling canggih saat ini); subyek kerja --yaitu, produser. Karena dalam mengulas, akhirnya kerja selalu sosial, maka subyek kerja tak terelakan masuk ke dalam hubungan sosial produksi.
Tapi meski obyek kerja dan instrumen kerja adalah elemen-elemn yang tak terhindarkan di semua produksi, hubungan sosial produksi tidak dapat dipahami dalam bentuknya yang 'nyata' --, hubungan ini tidak seharusnya dilihat sebagai hubungan antara benda-benda, atau antara orang dengan benda. Hubungan sosial produksi mempersoalkan _hubungan diantara orang-orang, dan hanya hubungan antar orang. Hubungan sosial produksi menyeret keseluruhan hubungan yang dibangun orang di antara mereka sendiri dalam produksi kehidupan material mereka. 'Keseluruhan hubungan' tidak hanya berarti hubungan 'menjelang produksi', tapi juga hubungan yang ada dalam sirkulasi dan pembagian berbagai elemen produk sosial yang tak terhindarkan berkait dengan produksi material (khususnya cara dimana obyek kerja dan instrumen kerja sampai di tangan produser langsung, cara dimana para produser itu mengatasi subsistensinya, dsb.)
Secara umum, hubungan produksi yang ada berkait pada tingkat perkembangan kekuatan produktif yang ada, pada pencanggihan (jumlah) alat produksi yang ada, pada teknik dan organisasi kerja yang ada. Di jaman alat-alat batu yang paling sederhana, maka sukar sekali mempertahankan masyarakat komunal primitif dari suatu kumpulan atau suku. Pertanian berbasis irigasi dengan bantuan alat-alat besi telah menciptakan surplus produksi luar biasa dan permanen yang memungkinkan tumbuhnya masyarakat berkelas (masyarakat perbudakan, masyarakat yang didasarkan pada mode produksi Asiatik, dsb). Pertanian didasarkan pada rotasi tanaman tiga tahun sekali menciptakan pondasi material masyarakat feodal. Lahirnya mesin uap dengan pasti menjamin bangkitnya kapitalisme industrial moderen. Sukar membayangkan terjadinya otomatisasi yang meluas tanpa mengenyahkan produksi komoditi dan ekonomi uang di luar bentuk masyarakat sosialis yang mantap dan berkembang penuh.
Tapi kalau ada keterkaitan umum antara tingkat perkembangan kekuatan produktif dan hubungan sosial produksi, maka sifat kaitan ini tidak absolut maupun permanen. Ketidaksesuaian ganda antara mereka bisa terjadi. Hubungan produksi yang ada bisa menjadi penghalang bagi pertumbuhan lebih lanjut kekuatan produksi: ini adalah pertanda paling gamblang bahwa bentuk sosial yang ada terpaksa lenyap. Di sisi lain, hubungan produksi baru yang muncul hasil kemenangan revolusi sosial dapat memajukan tingkat perkembangan kekuatan produktif yang telah dicapai di negara tersebut. Ini adalah kasus kemenangan revolusi borjuis di Nederland abad 16 dan kemenangan revolusi sosialis di Rusia bulan Oktober 1917.
Bukanlah kebetulan karena ada peluang jika dua kasus ketidaksesuaian yang prinsipal itu memiliki pengaruh lanjutan pada periode historis kebangkitan sosial yang mendalam: periode revolusi sosial. Lebih jauh lagi, ketidaksesuaian dapat juga mengakibatkan kemerosotan terus menerus kerajaan Romawi di barat dan merosotnya kekalifahan oriental dari Timur Tengah.
Dari pada melihat saling keterkaitan mereka dalam suatu hubungan mekanik, maka dalam banyak hal dialektika antara kekuatan produktif dan hubungan sosial produksi lebih menentukan pergantian jaman-jaman besar dalam sejarah manusia. Tiap mode produksi melalui fase-fase berturutan, kelahiran, pertumbuhan, pematangan, kemerosotan, kejatuhan dan lenyap. Dalam mengulas akhirnya fase-fase ini tergantung pada cara dimana hubungan produksi, yang awalnya baru, kemudian mengkonsolidasi, kemudian dalam suatu krisis, secara progresif menguntungkan, memungkinkan atau menghalangi pertumbuhan kekuatan produktif. Artikulasi antara dialektika ini dan perjuangan kelas ada faktanya. Hanya melalui aksi sebuah atau beberapa kelas sosial maka seperangkat hubungan produksi yang ada bisa diperkenalkan, dirubah atau dibuang.
Tiap formasi sosial, yaitu tiap masyarakat di dalam sebuah negara, dalam suatu jaman, selalu dicirikan oleh totalitas hubungan produksi. Sebuah formasi sosial tanpa hubungan produksi dapat menjadi sebuah negara tanpa pekerja, produksi atau subsistensi -- yaitu negara tanpa penduduk. Tapi tiap totalitas hubungan sosial produksi tidak segera mengakibatkan tampilnya keberadaan mode produksi yang stabil atau homogennya hubungan sosial produksi ini.
Mode produksi yang stabil adalah totalitas hubungan produksi yang direproduksi kurang lebih secara otomatis oleh berfungsinya ekonomi secara aktual, oleh pola normal reproduksi kekuatan produksi, bersama suatu peran faktor-faktor tertentu yang saling berkait (kurang lebih penting) dari superstruktur sosial. Ini adalah kasus yang berabad-abad terjadi di banyak negara dengan mode produksi asiatik, perbudakan, feodal dan kaitalis. Ini adalah kasus yang beribu-ribu tahun terjadi pada mode produksi komunis kesukuan. Artinnya, sebuah mode produksi adalah struktur yang tidak dapat secara fundamental dirubah oleh evolusi, penyesuaian atau reformasi secara sendiri. Logika internalnya hanya dapat dilampaui jika mode produksi itu dienyahkan.
Sebaliknya, dalam periode pergolakan sosial historis yang dalam, seseorang bisa mengalami sejumlah total hubungan produksi yang tidak memiliki sifat mode produksi yang mantap. Contoh tipikal dari ini adalah jaman ketika produksi komoditi kecil menguasai (abad 15 dan 16 di negara daerah rendah, Italia utara dan kemudian di Inggris). Saat itu hubungan yang tampak adalah bukan antara tuan tanah dan hamba-hamba, tidak juga antara kapitalis dan produser pencari upah, tetapi adalah antara produser-produser bebas yang punya jangkauan langsung pada alat produksi mereka. Keadaan ini sama ciri-cirinya dengan hubungan produksi negara pekerja terbirokratisasi saat ini. Baik dalam sebuah kasus maupun lain kasus, tak seorang pun bisa menunjukan keberadaan sebuah mode produksi yang sudah mantap. Di semua _masyarakat dalam fase transisional_ ini, hubungan sosial produksi yang bercampur-baur ini bukan sutau struktur yang bisa mereproduksi dirinya sendiri kurang lebih secara otomatis. Hubungan sosial ini bisa mengakibatkan terbangunnya kembali masyarakat lama maupun munnculnya mode produksi yang baru. Pilihan-pilihan yang historis ini dibangun oleh sejumlah faktor, terutama oleh faktor memadai atau tidaknya pertumbuhan kekuatan produksi, hasil dari perjuangan kelas di suatu negeri dan di tingkat internasional, faktor permanian elemen superstruktural dan subyektif (peran negara, partai, tingkat kesiapan berperang dan kesadaran kelas revolusioner, dsb.)
Di sisi lain, bahkan ketika mode produksi yang sudah stabil itu ada, hubungan produksinya tidak serta merta homogen. Bahkan hampir ini tidak pernah terjadi. Dalam tiap formasi sosial kongkritrit, selalu ada perpaduan antara hubungan produksi dominan dari mode produksi yang berlaku dengan sisa-sisa hubungan produksi sebelumnya yang tidak seluruhnya terserap, yang secara historis telah bertahan sejak dulu kala. Misalnya, secara praktis, semua negara-negara imperialis masih mengandung sisa-sisa produksi komoditi kecil dalam pertaniannya (petani pemilik kecil, yang bekerja tanpa kerja mencari upah) dan bahkan sisa-sisa hubungan produksi semi feodal (bagi hasil). Dalam kasus tersebut bicara tentang mode produksi yang mantap akan jadi benar kalau dominannya ciri-ciri hubungan produksi dari mode produksi itu begitu rupa sehingga bisa menjamin reproduksinya secara otomatis dan dominasinya atas seluruh kehidupan ekonomi melalui logika internal dan hukum perkembangan mereka.
Contoh ciri-ciri hubungan produksi yang bercampur-baur tapi didominasi oleh satu mode produksi yang hegemonik adalah pada apa yang umum disebut formasi sosial 'dunia ketiga'. Disini hubungan produksi pra-kapitalis, semi kapitalis dan kapitalis saling berdampingan, berpadu dalam satu cara yang telah tertentu dibawah tekanan struktur imperialis ekonomi internasional. Di samping mendominasinya modal, dan disamping peleburan ke dalam sistem imperialis, hubungan produksi kapitalis (terutama, hubungan 'upah kerja-kapital') tidak menjadi sesuatu yang umum, meskipun hubungan produksi itu ada dan secara perlahan memperluas diri. Tapi fakta ni tidak membenarkan usaha memberi ciri pada formasi sosial ini sebagai 'negara feodal', maupun memasukan pengertian bahwa hubungan produksi feodal atau semi feodal mendominasi di dalamnya. Ini adalah kesalahan teoritis yang dilakukan oleh banyak teoritisi sosial.

Determinisme historis dan praktek revolusioner

Perkembangan masyarakat adalah sebuah doktrin yang determinis. Tesis fundamental doktrin ini menegaskan bahwa keberadaan sosial lah yang menentukan kesadaran sosial. Sejarah masyarakat manusia itu bisa dijelaskan. Gerak sejarahnya tidak terjadi dengan ngawur dan seenaknya. Terbentangnya sejarah masyarakat manusia tidak tergantung pada kehendak gerak genetik yang tak dapat diramalkan sebelumnya atau pada kehendak 'manusia mulia' di tengah kaum awam yang tercerai-berai. Dalam mengulasnya akhirnya sejarah masyarakat manusia dijelaskan oleh struktur fundamental masyarakat di masing-masing jaman dan oleh kontradiksi mendasar dari struktur tersebut. Sebab sepanjang masyarakat dibagi dalam kelas-kelas, maka sejarah masyarakat dijelaskan oleh perjuangan kelas. Meskipun perkembangan masyarakat itu adalah sebuah doktrin yang determinis, tapi ini berlaku dalam pengertian yang dialektis dan tidak mekanistik.
Sudah barang tentu pilihan-pilihan manusia itu ditentukan sebelumnya oleh batasan material dan sosial dimana ia tak dapat lari dari itu. Tapi tetap dalam kerangka batasan tersebut manusia masih dapat mendesakkan nasibnya sendiri . Manusia membuat sejarahnya sendiri. Jika manusia adalah produk dari kondisi material yang ada, maka kondisi material ini pada gilirannya adalah produk dari praktek sosial manusia.
Dilampauinya idealisme historis kuno (bahwa 'gagasan, atau manusia mulia adalah yang membuat sejarah') dan materialisme mekanis kuno (bahwa 'orang adalah produk lingkungan') ada dalam satu jalan kelahiran teori ekonomi politik.
Pada lain hal, ini berarti bahwa hasil dari tiap jaman besar ledakan sosial dalam sejarah tetap tidak pasti. Ledakan itu bisa mengakibatkan kemenangan kelas revolusioner. Tapi ledakan itu dapat pula mengakibatkan terjadinya pembusukan timbal balik semua kelas fundamental dalam masyarakat yang ada, seperti kasus berakhirnya mode produksi kuno berbasis pada perbudakan. Sejarah bukanlah sejumlah total gerak maju yang linier. Banyak formasi sosial masa lalu yang telah hilang tanpa meninggalkan banyak jejak, terutama karena tiadanya atau lemahnya kelas revolusioner yang mampu mendesakkan suatu jalan untuk maju.
Fakta kemerosotan kapitalisme kontemporer tidak secara otomatis mengakibatkan kemenangan sosialisme. Kemerosotan itu bisa mengakibatkan tumbuhnya 'sosialisme atau barbarisme' bentuk lain. Sosialisme adalah keharusan sejarah yang memungkinkan suatu kebangkitan baru dalam kekuatan produksi yang konsisten dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi kontemporer. Terutama dalam hal kebutuhan manusia, sosialisme akan membuka kemungkinan terpenuhinya kebutuhan, dengan kondisi yang menjamin mekarnya seluruh potensi manusia di tiap individu dan semua orang, tanpa menggoncang keseimbangan ekologis. Tapi apa yang dibutuhkan tidak berarti sama dengan apa yang dicapai. Hanya tindakan yang sadar dan revolusioner dari proletariat yang dapat menjamin kemenangan sosialisme. Sedangkan potensi produktif yang begitu besar dari teknologi dan ilmu pengetahuan kontemporer akan mulai menggunakan suatu bentuk kemajuan yang lebih destruktif terhadap peradaban, kebudayaan, kemanusiaan, alam dan, sederhananya, kehidupan di planet kita.
Jadi praktek sosial manusia menciptakan struktur sosial yang selanjutnya menyelubungi praktek sosial itu sendiri. Melalui praktek sosial revolusioner maka struktur yang itu juga dapat dilenyapkan. Tidak mungkin untuk memperkenalkan kembali feodalisme atau komunisme dari komunitas autarkis kecil produsen-konsumen, pada basis kekuatan produktif kontemporer. Ekonomi politik menekankan bahwa revolusi sosial yang progresif hanya mungkin jika prakondisi material dan kekuatan sosial yang memungkinkan penciptaan organisasi sosial yang lebih superior itu telah matang dalam masyarakat yang tua.
Tapi teori ekonomi-politik tidak fatalistik, karena mempostulatkan bahwa datangnya masyarakat baru ini adalah produk tak tak terhindarkan dari matangnya kondisi sosial dan material yang memang dibutuhkan bagi kemunculan masyarakat tersebut. Datangnya masyarakat ini hanya dapat terjadi akibat dari hasil perjuangan diantara kekuatan sosial yang hidup. Dalam mengulasnya, pada akhirnya masyarakat ini adalah akibat dari tingkat keefektifan sosial dari aksi revolusioner_. Pada gilirannya jika ini sebagian dikondisikan oleh lingkungan sosial dan keseimbangan kekuatan-kekuatan, maka aksi revolusioner dapat membalik, memecah atau mempercepat evolusi lingkungan dan keseimbangan kekuatan ini. Bahkan keseimbangan kekuatan yang nyata menguntungkan ini dapat dirusak oleh kelemahan subyektif di sisi kelas revolusionernya. Artinya, di jaman revolusi dan kontra revolusi kita ini, 'faktor subyektif sejarah' (kesadaran kelas dan kepemimpinan revolusioner proletariat) memainkan peran utama dalam menentukan hasil pertarungan besar kelas-kelas, dalam menentukan masa depan spesies manusia.

Keterasingan dan pembebasan

Selama beribu tahun manusia hidup dalam ketergantungan kuat pada kekuatan alam yang tak dapat dikendalikannya. Manusia hanya dapat mencoba menyesuaikan diri pada lingkungan pergaulan yang ada secara alamiah, masing-masing kelompok kecil manusia menyesuaikan diri pada kelompoknya sendiri. Manusia adalah yang terpenjara dalam suatu horison yang sempit dan terbatas, meskipun beberapa masyarakat primitif dapat mengembangkan potensi tertentu manusia dalam cara yang luar biasa (misalnya, lukisan paleolitik).
Dalam perkembangan kekuatan produksi yang bertahap, sedikit demi sedikit manusia mengatur dirinya untuk membalik hubungan ketergantungan absolut itu. Manusia makin lama makin berhasil menundukan kekuatan alam, mengendalikannya, menjinakannya, menggunakannya secara sadar untuk meningkatkan produksi, membuat variasi kebutuhan, mengembangkan potensi manusia dan memperluas hubungan sosial sehingga akhirnya merangkul dan mempersatukan sebagian manusia di tingkat dunia.
Tapi makin banyak orang membebaskan dirinya sendiri dalam hubungannya dengan kekuatan alam, mereka makin mengasingkan diri dalam hubungannya dengan organisasi sosialnya sendiri. Ketika kekuatan produksi tumbuh, ketika produksi material mengalami kemajuan, ketika hubungan produksi menjadi hubungan dari suatu masyarakat yang terbagi dalam kelas-kelas, massa manusia tak lagi mengendalikan keseluruhan produksinya atau keseluruhan aktivitas produktifnya. Karenanya ia tak lagi mengontrol keberadaan sosialnya sendiri. Dalam masyarakat kapitalis kehilangan kendali semacam ini menjadi sepenuhnya. Setelah bebas dari penaklukan oleh kehendak alam, manusia kelihatan ditakdirkan untuk menjadi sasaran kehendak organisasi sosialnya sendiri. Bebas dari akibat banjir, gempa bumi, epidemi dan kekeringan, yang tak tertanggulangi, manusia kelihatan dikutuk untuk menerima akibat perang dan krisis ekonomi, kediktatoran berdarah dan penghancuran kekuatan produksi secara kriminal, bahkan kemungkinan perusakan oleh nuklir. Ketakutan akan perubahan besar tersebut saat ini telah menumbuhkan kecemasan lebih besar dari pada ketakutan akan kelaparan, sakit atau kematian seperti sebelumnya.
Tapi, perkembangan kekuatan produksi yang sama mengesankannya juga terjadi. Perkembangan kekuatan produksi yang mendorong keterasingan manusia sampai ke perbatasan dalam hubungannya dengan produksi dan masyarakatnya sendiri, di bawah kapitalisme juga menciptakan kemungkinan melakukan pembebasan manusia yang senyatanya.
Kemungkinan ini harus dipahami dalam dua pengertian. Pertama, manusia akan lebih dan lebih lagi mampu mengendalikan dan menentukan perkembangan sosialnya demikian pula dengan pergolakan dalam lingkungan pergaulan alamiah yang sedang terjadi. Kedua, manusia akan semakin mampu mengembangkan secara penuh semua potensi perkembangan individual dan sosial, yang sebelumnya telah dicekik atau dirusak oleh ketidakmampuan mengendalikan kekuatan alam, organisasi sosal dan nasib sosialnya sendiri.
Pembangunan masyarakat tanpa kelas, dan kemudian menjadi masyarakat komunis, mengakibatkan terbebasnya buruh, terbebasnya manusia sebagai produser. Pekerja menjadi penguasa atas produk-produk dan proses kerjanya sendiri. Mereka bebas memilih hal mana yang harus didahulukan dalam pembagian produk sosial. Mereka memutuskan secara kolektif dan demokratis aturan-aturan sehingga berbagai kebutuhan bisa dipenuhi, memutuskan prioritas produktif, pengorbanan waktu senggang dan konsumsi untuk masa sekarang, yang mana alokasi sumber-sumber akan memenuhinya.
Sudah tentu, pilihan-pilihan ini akan terus dibuat dalam kerangka pembatas tertentu. Tak ada masyarakat manusia dapat mengkonsumsi lebih dari yang diproduksinya tanpa mengurangi cadangan konsumsinya dan sumber produksinya serta memaksa diri mengurangi konsumsi masa sekarang untuk waktu kemudian, ketika kekurangan cadangan dan sumber produksi telah mencapai ambang pintu. Artinya, rumusan Frederick Engels yang menyatakan bahwa kebebasan adalah pengakuan atas kebutuhan tetap berlaku bahkan bagi manusia komunis. 'Mengendalikan kebutuhan' akan lebih tepat dari pada 'pengakuan kebutuhan', ketika kontrol manusia atas kondisi kehidupan alam dan sosial itu tumbuh, ketika jumlah tanggapan yang mungkin terhadap kondisi terbatas itu tumbuh, dan makin banyak manusia dapat membebaskan dirinya dari keharusan untuk memakai hanya satu jawaban permasalahan. Tapi ada dimensi kedua dalam hal tidakterasingnya manusia, yang memperbesar lingkaran kemerdekaan manusia secara luar biasa. Ketika semua kebutuhan dasar semua orang dipuaskan, ketika reproduksi dari keberlimpahan ini terjamin, maka usaha memecahkan masalah material berhenti menjadi prioritas bagi manusia. Manusia membebaskan dirinya dari pembudakan pada kerja mekanistik dan tidak kreatif. Manusia membebaskan dirinya dari perhitungan-perhitungan tentang bagaimana ia menggunakan waktu dengan hemat dan dari keharusan mencurahkan waktu tersebut terutama untuk produksi material. Perkembangan aktivitas kreatif, perkembangan individualitas manusia yang kaya, perkembangan hubungan manusia yang lebih luas lagi, semua ini menjadi prioritas mengambil alih tempat akumulasi konstan barang-barang material yang semakin tidak berguna.
Oleh karena itu praktek sosial revolusioner tidak hanya akan membuahng hubungan produksi. Praktek itu akan merubah semua organisasi sosial, semua kebiasaan, mental dan psikologi manusia yang tradisional. Egoisme material dan semangat persaingan yang agresif akan melenyap karena tak adanya suntikan untuk itu dalam pengalaman sehari-hari.
Manusia akan menguasai lingkungan geografis sekelilingnya, konfigurasi globe, iklim dan distribusi cadangan air, yang pada saat itu juga menjaga dan membangun kembali keseimbangan ekologis. Manusia akan mengembalikan segala sesuatunya pada dasar biologisnya sendiri. Manusia tidak dapat mencapai segala tuntutan ini dengan cara yang mutlak sukarela, mandiri dari segala persyaratan dan infrastruktur material yang memadai. Tetapi sekali infrastruktur ini terjamin, maka manusia aktif, dengan lebih dan lebih bebas menentukan pilihan, yang akan menjadi pembangkit prinsipil bagi usaha menciptakan orang yang baru, komunis yang bebas dan tak terasing.

                                     

Rabu, 20 Juni 2012

PARADIGMA SOSIOLOGI

Oleh: Lukman Hakim, M.Si, MA,
Lecturer at KPI department, Da’wah Faculty
Paradigma Sosiologi Di dalam dunia sosiologi pergulatan pemikiran terkait dengan obyek kajian atau what is the subject matter of sociology juga sangat tampak. Para ilmuwan berbeda pendapat tentang masalah ini. Sehingga Ritzer (1992) menilai bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempunyai beberapa paradigma (multiple paradigm). Dan masing-masing paradigma tersebut berbeda mengenai obyek kajian, teori, metode analisanya. Para ahli membagi empat paradigma dalam sosiologi, yakni paradigma Fakta sosial, Definisi Sosial, Perilaku Sosial, dan Integratif.
1) Paradigma Fakta Sosial terdiri dari sekumpulan teori para teoritisi sosial yang memusatkan perhatian atau menjadikan apa yang disebut Durkheim sebagai fakta sosial; struktur dan institusi sosial berskala luas beserta pengaruhnya terhadap pikiran dan tindakan individu sebagai subject matter sosiologi. Dengan kata lain, para teoritisi yang masuk dalam paradigma fakta sosial ini memusatkan pada struktur makro. Mereka mengasumsikan bahwa terdapat keajegana (in-stable) dalam kehidupan manusia. Dan di dalam keajegan tersebut ada perubahan dalam suatu waktu tertentu, serta tidak ada suatu fakta yang yang berdiri sendiri kecuali ada fakta penyebabnya. Exemplar paradigma ini adalah karya Emile Durkheim, terutama The Rules of Social Methode dan Suicide. Dua tulisan ini menggambarkan sasaran kajian sosiologi yang disebutnya sebagai fakta sosial. Menurutnya fakta sosial ialah barang (thing) yang berbeda dengan ide yang menjadi obyek kajian seluruh ilmu pengetahuan dan tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif), akan tetapi melalui pengumpulan data riil di luar pemikiran manusia. Menurnya thing dapat dibagi menjadi dua, yakni dalam bentuk barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi, contohnya adalah arsitektur, norma hukum dan lainnya. Kedua dalam bentuk non-material, yakni fenomena yang terkandung dalam diri manusia sendiri, hanya muncul dalam kesadaran manusia, contohnya kelompok, altruisme, egoisme dan sebagainya. 1 Metode yang digunakan dalam paradigma ini adalah kuantitatif, interview-kuesioner dan perbandingan sejarah. Metode ini memungkinkan adanya reduksi berbagai fakta ke dalam variable-variabel sederhana. Di antara kompleksitas fakta tersebut dimungkinkan terjadinya reduksi fakta secara simpel ke dalam variabel-variabel penelitian.2 Teori yang dominan dalam paradigma ini adalah teori struktural fungsional, teori konflik dan teori sistem. Ringkasnya, paradigma ini memiliki asumsi dasar tentang fakta sosial sebagai berikut: general, external, and coercion.
2) Paradigma definisi sosial mencakup teori-teori yang menganggap subject matter dari sosiologi adalah tindakan social yang penuh arti. Paradigma ini diambil dari salah satu aspek yang sangat khsusu dari karya Max Weber, yakni tentang tindakan social (social action). Konsep Weber tentang fakta social berbeda sekali dari konsep Durkheim. Weber tidak memisahkan dengan tegas antara struktur social dengan pranata social. Struktur social dan pranata social keduanya membantu untuk membentuk tindakan manusia yang penuh arti atau penuh makna. Mempelajari perkembangan suatu pranata secara khusus dari luar tanpa memperhatikan tindakan manusianya sendiri, menurut Weber, berarti mengabaikan segi-segi yang prinsipil dari kehidupan social. Perkembangan dari hubungan social dapat pula diterangkan melalui tujuan tujuan-tujuan dari manusia yang melakukan hubungan social itu dimana ketika ia mengambil manfaat dari tindakan itu sendiri dalam tindakannya; memberikan perbedaan makna kepada tindakan itu sendiri dalam perjalanan waktu. 3 Karya Weber tersebut membantu menimbulkan minat para teoritisi yang menganut paradigma ini dalam mempelajari cara actor mendifinisikan situasi social mereka dan dalam mempelajari pengaruh definisi situasi social terhadap tindakan dan integrasi berikutnya. Ada beberapa teori yang masuk dalam paradigma ini, yakni teori tindakan, interaksionalisme-simbolik, fenomenologi, etnometodologi dan eksistensialisme.
Ringkasnya paradigma ini memeiliki tiga premis berikut:
 Manusia adalah aktor kreatif
 Fakta sosial memiliki arti subyektif (motivasi & tujuan)
 Cara aktor mendefiniskan fakta sosial adalah cara mereka mendefinisikan situasi
3) Paradigma Perilaku Sosial adalah mengacu pada karya psikolog B.F. Skinner sebagai eksemplar. Skinner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme ke dalam sosiologi. Karyanya meliputi spectrum yang sangat luas.Teori, gagasan dan praktek yang dilakukannya telah memegang peranan penting dalam pengembangan sosiologi behavior. Skinner melihat paradigma fakta social dan definsi social sebagai perspektif yang bersifat mistik, dalam arti mengandung suatu persoalan yang bersifat teka-teki, tidak dapat diterangkan secara rasional. Kritik Skinner ini tertuju kepada masalah yang substansial dari kedua paradigma itu, yakni eksistensi obyek studinya sendiri. Menurutnya, kedua paradigma itu membangun obyek studi berupa sesuatu yang terdiri atas struktur social dan pranata social yang menjadi obyek studi paradigma fakta social serta sesuatu yang terjadi dalam pemikiran manusia berupa „tanggapan kreatif‟ terhadap suatu rangsangan atau stimulus dari luar dirinya, yang menjadi obyek penyelidikan paradigma definisi social oleh Skinner dinilai keduanya sebagai suatu obyek yang bersifat mistik. Menurutnya dengan memusatkan perhatian kepada kedua hal tersebut, berarti menjauhkan sosiologi dari obyek studi berupa barang sesuatu yang konkrit realistis. Menurut Skinner, obyek studi sosiologi yang konkrit-realistis itu adalah „perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya (behavior of man and contingencies of reinforcement). Ringkasnya, perhatian utama paradigma perilaku social ini tertuju pada hadiah (rewards) yang menimbulkan perilaku yang diinginkan dan hukuman (punishments) yang mencegah perilau yang tidak diinginkan. Metode paradigma ini adalah eksperimen. Dan yang masuk dalam paradigma ini adalah sosiologi behavioralisme dan teori pertukran (exchange).4
4) Paradigma Integratif merupakan bagian dari upaya ilmuwan social dalam mengatasi ketegangan yang terjadi antara pendukung paradigma yang ada sekaligus mengatasi keberatsebelahan pandangan mereka dalam memandang subject matter dari sosiologi. Seperti paradigma fakta sosial yang hanya memusatkan perhatian pada struktur makro, paradigma definisi sosial yang hanya memusatkan perhatian pada tindakan, interaksi, dan konstruksi sosial dari realitas. Sedangkan paradigma perilaku sosial terlalu memusatkan pada perilaku saja. Robert K Merton sebagai wakil paradigma fakta sosial , melihat, bahwa paradigmanya dan paradigma definisi sosial dapat saling memperkaya, sebagai berbeda seperti telur dengan daging; keduanya jelas berbeda, namun saling memperkaya. Menurut Ritzer, perlunya paradigma integrasi ini karena teramat sukar untuk memahami fenomena sosial yang beraneka ragam dan salingpengaruh mempengaruhi, sehingga untuk memahaminya jelas dibutuhkan kemampuan untuk menguraikan dan menjelaskan empat tingkat mendasar analisis sosial dalam satu kesatuan, yakni makro-subyektif seperti nilai, makro-obyektif seperti birokrasi, mikro-obyektif seperti pola interaksi dan mikro-subyektif seperti konstruksi sosial. 5
Gambar1. Tingkatan Utama Analisis Sosial Ritzer
tingkat realitas sosial  paradigma sosiologi
Makro-subyektif-   fakta sosial
Makro-obyektif  -  definisi sosial   - paradigma integratif
Mikro-subyektif
Mikro-obyektif -   prilaku sosial

Dalam gambar di atas Ritzer menjelaskan paradigma fakta sosial memusatkan perhatian pada tingkat makro-obyektif dan makro-subyektif. Paradigma definisi sosial memusatkan perhatian, terutama pada kehidupan mikro-subyektif dan mikro-obyektif yang tergantung pada proses mental(tindakan). Sedangkan paradigma perilaku sosial memusatkan perhatian pada kehidupan mikro-obyektif yang tidak melibatkan proses berpikir (perilaku). Sedangkan ketiga paradigma yang ada berpotongan dengan dengan realitas sosial secara horizontal dan berpotongan dengan paradigma integratif secara vertikal. Gambar tersebut menjelaskan mengapa paradigma integratif tidak dapat menggantikan paradigma yang lain. Meski masing-masing ketiga paradigma yang ada itu menjelaskan satu tingkat realitas sosial tertentu, dan paradigma integratif menjelaskan semua tingkat, namun tidak meneliti setiap tingkat tertentu secara rinci seperti dilakukan paradigma lain. Jadi pilihan terhadap paradigma tergantung pada jenis pertanyaan yang diajukan. Tidak semua maslah sosiologi memerlukan pendekatan integratif, namun sekurang-kurangnya sebagian memerlukan.
Dan bagi Ritzer, penggagas paradigma integratif ini, tidaklah adil, dan harus dihindari upaya penyamaan sebuah teori atau teoritisi dengan tingkat analisis tertentu. Menurutnya, walau benar bahwa sosiolog yang setia pada paradigma sosiologi tertentu cenderungmemusatkan perhatian pada tingkat analisis sosial tertentu, namun seringkali secara tidak adil keluasan karya mereka disamakan dengan satu atau lebih tingkat analisis sosial. Sebagai contoh Karl Marx sering dikira memusatkan pada struktur makro-obyektif –khususnya pada struktur ekonomi kapitalis. Tetapi dengan menggunakan skema yang mempunyai berbagai tingkat analisis sosial memungkinkan kita melihat bahwa Marx mempunyai wawasan yang kaya mengenai semua tingkat realitas sosial dan antar hubungan berbagai realitas sosial itu. Begitu pula interaksionalisme simbolik umumnya dianggap sebagai perspektif yang berurusan dengan mikro-subyektif dan mikro-obyektif, tetapi bukanlah tanpa mempunyai wawasan sama sekali mengenai tingkat makroskopik analisis sosial.6 Dan para teoritisi yang paling menonjol dalam paradigma integratif ini adalah Peter L Berger dengan teori konstruksi sosialnya, dan Anthony Giddens dengan teori strukturasinya. Keduanya mencoba menjembatani ketegangan antara subyektivisme dan obyektivisme, antara makro dan mikro, dan antara voluntarisme dan determinisme. Keduanya memadukan antara mentalitas dan struktur.7


Selasa, 19 Juni 2012

RAHASIA DI BALIK REVOLUSI PRANCIS

The Jewish Encyclopedia memuat sejarah keluarga Rothschild sebagai jutawan
semenjak keluarga ini muncul, dan memainkan peran penting dalam sejarah
dunia terselubung modern. Pendiri keluarga ini adalah Amschel Moshe Pour,
seorang pemilik modal Yahudi kenamaan. Ia pada mulanya hidup mondarmandir
antar-kota besar di Eropa Timur dalam urusan bisnis. Kemudian ia
menetap di Frankfurt Jerman. Nama Rothschild berasal dari bahasa Jerman.
Roth artinya red (merah) dalam bahasa Inggris. Schild artinya shield (tameng)
dalam bahasa Inggris. Jadi Rothschild artinya 'tameng merah', atau dalam
bahasa Inggris Red-shield. Ketika Amschel pertama kali membuka usahanya di
jalan Bonden Strous Frankfurt, ia memasang semacam lambang berupa tameng
berwarna merah di tokonya, sehingga nama Rothschild sejak itu diambil
sebagai nama keluarga berketurunan.
Sepeninggal Amschel, putra bungsunya bernama Mayer Amschel meneruskan
usaha ayahnya. Sebelumnya sang ayah telah bercita-cita, agar anaknya ini kelak
meneruskan usaha ayahnya dalam dunia bisnis, meskipun sang anak bercitacita
menjadi pendeta Yahudi. Mayer rupanya berganti haluan sepeninggal
ayahnya. Ia bekerja pada Bank Oppenheimer, milik seorang Yahudi. Tidak
lama kemudian ia banyak memahami seluk-beluk perbankan, sehingga pemilik
Bank akhirnya berminat untuk menjadikannya sebagai mitra usahanya. Setelah
beberapa lama, kemudian ia kembali ke Frankfurt untuk meneruskan usaha
mendiang ayahnya. Simbol Rothschild makin terkenal, dan nama Mayer pun
mulai dikenal sebagai Rothschild I.
Mayer hidup tahun 1743-1812. Kelima anaknya dididik dengan keras untuk
menjadi pengusaha atau bankir yang tangguh, agar suatu saat kelak muncul
sebagai konglomerat. Di antara anaknya yang paling berbakat adalah anak
bungsunya Nathan, sehingga keluarga Rothschild mengirimnya ke Inggris
sejak masih belia, agar kelak bisa menjadi salah seorang pemeran pentingdalam bank Inggris. Sedang tujuannya lebih jauh adalah untuk mendirikan
lembaga keuangan raksasa bersama dengan ayah dan keempat saudaranya
yang tersebar di seluruh Eropa.
Sejak Nathan berada di Inggris sebagai kader konglomerat Yahudi, kelompok
pemilik modal internasional melangkah ke babak baru. Mayer yang pada tahun
1773 berusia 30 tahun mengundang tokoh pemilik modal Yahudi ke Frankfurt
untuk membicarakan masalah Monopoli Internasional. Dalam pertemuan itu
Mayer yang bergelar Rothschild I mengemukakan tentang peran yang
dimainkan oleh para pemilik modal Yahudi Internasional dalam Revolusi
Inggris. Ia mengemukakan beberapa kesalahan yang telah dilakukan oleh
mereka sebagai berikut :
1) Mereka lamban dalam melaksanakan program yang telah ditetapkan.
Akibatnya tidak bisa menghasilkan apa yang telah ditargetkan, yaitu
menguasai Inggris secara menyeluruh.
2) Masih ada beberapa golongan berpengaruh di Inggris yang masih
mampu bertahan menghadapi Konspirasi Internasional. Rothschild
mengajukan pandangannya tentang langkah-langkah yang masih belum
terlaksana, yaitu :
a) Mempercepat pelaksanaan program yang belum terlaksana, dan
menyingkirkan golongan oposisi dengan segala cara yang bisa
ditempuh.
b) Menguasai sepenuhnya segenap lapisan masyarakat Inggris, dan
menentukan nasib mereka lewat jalan kekerasan dan teror mental
dan fisik.
Meskipun ada kesalahan yang diamati oleh Mayer, namun itu tidak berarti
tujuan Konspirasi Internasional secara umum telah gagal. Tujuan mereka
menguasai perekonomian Inggris telah tercapai, dan mereka berhasil pula
menarik Inggris ke dalam ketidakstabilan dan kancah peperangan yang
berkepanjangan, agar jeratan yang mencekik leher menjadi makin kuat.
Rothschild membeberkan kepada para pemilik modal Yahudi Internasional itu,
bahwa keberhasilan mereka atas Inggris bukanlah sesuatu yang besar,
dibanding dengan arti Revolusi Perancis yang segera akan berkobar. Para
peserta pertemuan merasa puas dengan uraian Rothschild yang realistis itu,
sehingga mereka sepakat memperkokoh suatu tujuan dalam merancang
Revolusi Perancis dengan rencana matang. Sejak itu mereka sepakat
mengumpulkan dana besar-besaran sebagai persiapan untuk membiayai
rencana tersebut. Dengan modal keuangan besar-besaran, mereka berharap bisa
menciptakan situasi perekonomian Eropa yang menggoncangkan. Khususnya
di Perancis, pengangguran melonjak dahsyat, dan bencana kelaparan
mendekati ambang pintu. Sementara itu, terompet slogan muluk-muluk
ditiupkan dari balik layar oleh kekuatan Konspirasi Yahudi Internasional,
sehingga raja Perancis beserta para pejabat dan pihak gereja menjadi sasarankebencian rakyat yang makin memuncak dari hari ke hari, dengan melontarkan
tuduhan keji tanpa landasan rasional terhadap kalangan penguasa. Kehancuran
dan kerusuhan pun makin menjadi-jadi.
Setelah Rothschild membeberkan pikirannya secara umum, ia mengeluarkan
dokumen tertulis dari beberapa tokoh Yahudi dan membacakannya. Isinya
sesuai dengan yang ditemukan oleh penulis buku ini, yaitu :
1) Rothschild menyatakan, suatu kenyataan yang riil adalah, bahwa
manusia itu lebih banyak cenderung kepada kejahatan daripada kepada
kebaikan. Konsekuensi logisnya, Konspirasi harus bisa mewujudkan
cita-citanya, apabila sistem pemerintahan suatu negara berdasarkan
pada kekerasan, teror dan petualangan serta pelanggaran hak asasi
manusia. Kalau suatu pemerintahan berdasarkan pada sistem
musyawarah, hukum, peraturan, dan undang-undang, maka akan
merupakan penghalang bagi cita-cita kekuatan Konspirasi dalam
mewujudkannya. Manusia pada zaman dulu tunduk kepada penguasa,
tanpa adanya kritik atau membantah. Kemudian kekuasaan itu
berkembang secara bertahap, sampai pada tahap yang disebut undangundang.
Dengan kata lain, undang-undang menurut Rothschild
merupakan kekuatan pemuas belaka.
Maka dengan demikian, untuk berfilsafat, bahwa undang-undang alam
mengajarkan kebenaran adalah kekuatan, atau standar kebenaran hanya
bisa diukur dengan kekuatan.
2) Rothschild mengemukakan, yang disebut kebebasan politik (political
freedom) pada hakikatnya hanyalah idealisme atau angan-angan yang
tidak akan pernah terwujud dalam alam nyata. Setiap langkah
kekuasaan politik, jalan yang terbaik adalah memperalat seseorang atau
pergerakan, yang secara diam-diam setia kepada Konspirasi untuk
mempropagandakan kebebasan politik di tengah-tengah masyarakat
umum. Kalau idealisme ini telah termakan oleh publik, mereka akan
mudah melepaskan hak-hak dan fasilitas yang diberikan oleh
pemerintah yang sah kepada mereka, demi memperjuangkan idealisme
itu. Pada saat itulah pihak Konspirasi bisa segera merebut hak dan
fasilitas itu. Tidak ada pengaruh idealisme mengenai kebebasan politik
itu bagi Konspirasi selain hal itu hanya merupakan idealisme tanpa
kenyataan.
3) Rothschild menandaskan, kekuatan uang selalu bisa mengalahkan
kekuatan pemerintah merdeka. Agama merupakan faktor yang bisa
menguasai masyarakat pada masa tertentu. Kemudian ikatan agama
pada masa-masa berikutnya mulai digulung di berbagai wilayah bumi
ini, karena alasan kebebasan. Akan tetapi, orang tidak mengerti
bagaimana mereka harus berbuat dengan idealisme kebebasan itu. Yang
demikian itu adalah fakta logis bagi kekuatan Konspirasi untuk
memperalat idealisme kebebasan, agar menimbulkan perpecahan dalamsuatu masyarakat. Bagi kekuatan tidak penting, apakah yang
menumbangkan sebuah pemerintah yang sah itu kekuatan dari dalam
sendiri atau pun dari luar. Bagaimana pun proses penumbangan itu,
yang dibutuhkan adalah uang.
4) Rothschild menambahkan, demi tujuan, segala cara boleh dilakukan.
Kalau penguasa memerintah dengan undang-undang dan nilai moral,
berarti ia bukanlah seorang politikus cerdik dalam bermanuver, karena
ia merasa terikat oleh norma dan tidak akan bisa mengelabui rakyat, dan
tidak bisa sembarangan menindak musuh-musuhnya, kecuali kalau
mereka berbuat jahat. Siapa pun yang berminat untuk berkuasa, ia harus
bisa yakin meraih kekuasaan itu dengan tipu daya licik, pemerasan dan
pemutarbalikan fakta. Sebab, keluhuran budi dalam etika pergaulan
masyarakat, seperti jujur, teguh pendirian, komitmen terhadap nilai-nilai
moral merupakan kejahatan atau keburukan dalam dunia politik.
5) Rothschild berfilsafat lebih lanjut, bahwa kebenaran baginya adalah
kekuatan Konspirasi. Kata "kebenaran" baginya adalah ungkapan yang
bersifat fiktif belaka, tanpa memiliki makna sedikit pun. Ia telah
menemukan arti kebenaran yang sebenarnya, yaitu bahwa kebenaran itu
adalah menyerang dengan kekuatan senjata untuk merobek-robek
konsep keadilan dan hukum hingga berkeping-keping. Kemudian orang
harus meletakkan lembaga hukum dan norma-norma susila menurut
kehendaknya. Maka, orang akan segera menjadi penguasa atas segenap
lapisan masyarakat, yang mereka sendiri akan memberikan hak
kekuasaan kepada penguasa itu. Hal semacam inilah yang perlu
dilakukan di Perancis dengan slogan kebebasan palsu.
6) Rothschild memperingatkan segenap peserta pertemuan, "Suatu
keharusan bagi kekuatan kita yang bertujuan menguasai dunia secara
ekonomis, harus tetap terjaga kerahasiaannya dari dunia luar. Pada
suatu saat kekuatan kita akan sampai pada tingkat, yang tidak ada suatu
kekuatan pun yang berani mencoba menghancurkannya". Rothschild
selanjutnya memperingatkan lagi, agar para peserta tetap konsisten
dengan program Konspirasi. Setiap penyelewengan atau pembocoran
dari garis program yang disusun oleh putra-putra Yahudi berabad-abad
lamanya akan berakhir fatal, dan bisa membinasakan orang Yahudi
sendiri.
7) Rothschild menandaskan keharusan bagi Konspirasi untuk mengambil
simpati khalayak umum, agar mereka bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan Konspirasi. Masyarakat umum adalah kalangan buta dan
tidak berpikir panjang, dan mudah terpengaruh. Mereka senantiasa bisa
digerakkan atau digiring atau dituntun oleh pihak lain. Kemudian
Rothschild berkata, "Seorang penguasa tidak bisa menguasai massa,
atau menggiring mereka menurut kemauannya. Kecuali penguasa itu
memerintah sebagai diktator yang sifatnya mutlak. Inilah satu-satunyajalan yang terbuka untuk membangun kebudayaan yang diinginkannya.
Kalau massa diberikan kebebasan mendapat peluang, maka peluang itu
akan segera disalahgunakan untuk menimbulkan kerusuhan."
8) Rothschild menyinggung masalah sarana, bahwa mencapai tujuan harus
mengandalkan beberapa hal berikut :
a) Minuman keras.
b) Obat-obat terlarang, kebejatan moral dan seks.
c) Suap dan mencampakkan hati nurani kemanusiaan.
Hal-hal itu dalam segala bentuknya harus dikaji secara serius untuk
menghancurkan norma-norma susila masyarakat yang telah dimasuki
oleh perkumpulan Konspirasi. Setiap gerakan Konspirasi mengharuskan
adanya program training khusus bagi muda-mudi, untuk dicetak
menjadi tenaga akademik, pelayan, pendidik dan profesi lainnya untuk
kepentingan Konspirasi. Juga diperlukan wanita-wanita untuk dijadikan
pelayan istimewa di tempat-tempat maksiat, pusat hiburan bagi
kalangan non-Yahudi (Gentiles). Mereka ini adalah wanita-wanita yang
bersedia melacurkan diri dengan bekerja sama dengan wanita lain.
Konsep yang harus dipakai tidak terbatas hanya pada suap-menyuap,
pengkhianatan dan bentuk skandal tertentu, demi kepentingan tujuan
terakhir.
9) Pada tahap prinsip politik, Rothschild mengatakan, "Konspirasi punya
hak untuk merampas kekayaan siapa saja, kalau hal itu akan berarti
memperkokoh kekuasaan atau pun cengkeraman atas orang yang
dimaksud. Konspirasi akan menyelusup untuk menyalakan api
peperangan yang terselubung. Taktik ini akan membawa hasil lebih
besar, lebih aman dan lebih efisien, sehingga rakyat umum akan berada
dalam kecemasan, yang akhirnya akan dikuasai oleh kekuasaan
Konspirasi secara mutlak".
10) Pembicaraan Rothschild berakhir pada masalah slogan yang harus
digemborkan, dengan mengatakan, "Di dunia ini tidak ada tempat bagi
yang namanya kebebasan, persamaan dan persaudaraan. Slogan-slogan itu tidak
lebih dari ucapan kosong, yang diperkenalkan oleh kita sendiri, lalu kita letakkan
di bibir masyarakat umum agar mereka menggunakan berulang-ulang, persis
burung beo. Sesungguhnya sistem pemerintahan yang sekarang di Perancis
adalah berdasarkan aristokrasi keturunan. Kita akan menghancurkan semua itu
dengan slogan kosong tersebut di atas. Setelah itu baru kita bangun sebuah
pemerintahan di atas puing-puing pemerintahan lama, dengan prinsip
aristokrasi baru. Semua di tangan kita."
11) Rothschild mengalihkan pembicaraan tentang pandangannya mengenai
perang. Yang pertama harus dilakukan adalah konsep menyulut api
peperangan tertentu, setelah lebih dulu mengadakan studi khusus secara
konsepsional. Kemudian mengatur bagaimana jalan perundingan damaiyang bakal dilakukan. Adapun perang itu sendiri harus menyeret negara
tetangga, sehingga bisa ikut terperangkap ke dalam krisis hutang, yang
pada akhirnya Konspirasi akan merupakan pihak yang paling
beruntung.
12) Rothschild tidak lupa berbicara tentang pemerintahan suatu negara. Ia
menjelaskan mengenai keharusan menguasai pemilihan umum dan
aturan permainan kementerian, dan jalan yang menuju ke sana dengan
menggunakan jaringan para kaki tangan Konspirasi, dan slogan-slogan
besar tentang idealisme kebebasan untuk menimbulkan kekacauan dan
pembangkangan atas dukungan dana dari Konspirasi Internasional.
Lebih lanjut Rothschild menerangkan peran yang bakal dimainkan oleh
tokoh-tokoh yang berhasil menduduki posisi penting atas dukungan
Konspirasi. Ia mengatakan, "Mereka akan mengabdi untuk kepentingan
kita dan menuruti instruksi kita. Dengan kata lain, mereka akan selalu
siap berperan sebagai pion-pion di kotak catur. Sedang tangan
penggeraknya adalah kita".
13) Rothschild bersama forum membicarakan propaganda, setelah ia lebih
dulu berhasil mengemukakan pandangannya mengenai hal ini, dan
memperingatkan adanya keharusan untuk menguasai media massa, agar
mereka bisa mengelabui khalayak umum, di samping sebagai sarana
efektif untuk menimbulkan gejolak massa. Rothschild berkata, "Kita
akan menggunakan senjata emas untuk menguasai media massa. Kalau
kita mengandalkan selain senjata uang, tidak jarang kita harus
menyeberangi lautan darah dan air mata para mangsa untuk menuju
cita-cita. Perlu diingat, bahwa satu orang Yahudi yang menjadi mangsa
sama dengan 1000 gentiles sebagai balasannya."
14) Rothschild melanjutkan pembicaraannya lagi, dan kali ini mengenai
organisasi yang berada di bawah Konspirasi. Organisasi itu perlu
ditampilkan secara terbuka, setelah kondisi rakyat hancur sampai
tingkat terendah, yaitu ketika kecemasan, ketakutan dan kekacauan
menguasai fenomena kehidupan mereka. Setelah tiba saatnya untuk
mengembalikan sebuah regim yang bisa meyakinkan rakyat, bahwa
pihak yang bertanggungjawab atas malapetaka yang menimpa mereka
adalah sekelompok penjahat dan pengacau yang tidak
bertanggungjawab. Kemudian dimulai langkah baru bagi regim itu
untuk menindak apa yang disebut kaum pengacau dan pengkhianat
tadi, untuk lebih meyakinkan rakyat, bahwa regim baru itu bertindak
sebagai pelindung undang-undang atau pahlawan di mata rakyat.
Padahal, yang kita tuju sebenarnya adalah kekuasaan mutlak, lewat para
pahlawan sulapan tersebut untuk membalas dendam kepada gentiles.
15) Pembicaraan Rothschild beralih pada masalah lainnya dengan
mengatakan, "Krisis ekonomi dan masalah kecemasan umum, yang
diakibatkan oleh rancangan Konspirasi akan melahirkan hak baru, yaituhak pemilik modal dalam kekuasaan, dan kekuasaan itu akan menjadi
warisan berketurunan." Seterusnya Rothschild menerangkan,
bagaimana kekuatan Konspirasi menguasai dan menggerakan massa,
yang pada akhirnya mampu mengatasi pihak yang berani menghalangi
kekuatan Konspirasi yang tersembunyi di balik mereka sendiri
mendongkel mangsa yang telah diincarnya.
16) Konspirasi melakukan penyusupan ke dalam jantung Free Masonry
yang ada di Eropa, agar bisa memantau sejauh mana efektivitas
organisasi tersebut dalam perannya sebagai pengabdi kekuatan
Konspirasi. Rothschild menyinggung perlunya Konspirasi mendirikan
organisasi sejenis Free Masonry lain The Grand Eastern Lodges yang
dikelola langsung oleh Konspirasi, yang kemudian diberi nama The Blue
Masonry. Rothschild selanjutnya menyinggung anggota yang tergabung
dalam The Blue Masonry akan ditatar dan dididik secara khusus, agar
mereka bisa berperan sebagai propagandis atheis materialistis di tengahtengah
masyarakat Gentiles.
17) Rothschild makin bersemangat untuk terus berbicara, mengungkapkan
pikiran-pikirannya. Ia mengetengahkan masalah penting dari rancangan
Konspirasi, yaitu tentang kegagalan rakyat Gentiles terus-menerus. Hal
ini memerlukan ungkapan halus dan slogan yang menggiurkan untuk
mengelabui massa. Kemudian dilanjutkan dengan kata-katanya, "Kita
memiliki kepastian untuk mengingkari janji dan slogan yang indah itu,
sehingga berubah menjadi sekedar kata-kata indah yang tak berarti. Kita
akan membakar semangat publik umum hingga tingkat histeris, dengan
menggunakan janji-janji kosong dan taktik pemutarbalikan fakta . Saat
itu kita akan menggiring publik Gentiles itu agar berbuat nekad
menghancurkan segala sesuatu, sampai pun aturan hukum dan agama.
Dengan demikian, kita mudah menghapus nama Tuhan dan tata susila
dari kehidupan."
18) Ditandaskan oleh Rothschild tentang rancangan pembangkangan
bersenjata, dan pentingnya perang jalanan. Ia menekankan perlunya
tindak kekerasan yang akan menimbulkan kepanikan publik, sehingga
terbuka jalan bagi Konspirasi untuk mengail ikan di air keruh.
19) Dalam bidang diplomasi Rothschild mengemukakan, bahwa setelah
perang usai dibutuhkan kegiatan diplomatik diam-diam. Sebab, kegiatan
ini merupakan peluang emas bagi agen-agen Konspirasi untuk menguak
informasi penting mengenai politik, ekonomi dan keuangan, dengan
kedok sebagai penasehat yang tampak pada arena nasional maupun
internasional, sehingga memungkinkan Konspirasi menancapkan kuku
kekuasaannya dari balik tabir, tanpa ada ancaman yang membahayakan
dari pandangan umum.
20) Untuk bisa menundukkan dunia, lebih dulu diperlukan adanya
monopoli kegiatan ekonomi raksasa dengan seluruh modal yangdimiliki oleh Konspirasi, sampai tidak ada kekuatan nasional Gentiles
mana pun yang menandinginya. Kalau monopoli Konspirasi itu
digunakan untuk memukul suatu pemerintahan, pasti akan timbul krisis
ekonomi dan politik , dan kas nasional negara itu akan tergulung ke
dalam lipatan monopoli Konspirasi. Rothschild lebih lanjut berkata,
"Kita semua adalah pakar ekonomi dan keuangan. Maka kita akan tahu
hasil apa yang akan kita capai, kalau konsep itu kita laksanakan."
21) Strategi perang yang dirancang untuk menguasai kekayaan alam
Gentiles telah disepakati oleh forum. Mereka merumuskan strategi lewat
pengenaan pajak tinggi melalui organisasi atau regim yang berkuasa.
Maka akan lahirlah kondisi yang menimbulkan persaingan ketat dalam
bidang ekonomi nasional. Akibatnya kehidupan ekonomi Gentiles akan
mengalami kepincangan, dan perkembangan ekonomi serta investasi
nasional akan menurun drastis. Adapun dalam arena internasional,
Konspirasi akan mencekik leher negara-negara yang diincar sedikit demi
sedikit, sehingga akhirnya akan terkucil dari pasaran internasional.
Kemudian Konspirasi akan menguasai kebutuhan pokok rakyatnya
untuk menuju jalan terbukanya kekacauan di kalangan pekerja dan
rakyat kelas bawah.
22) Forum selanjutnya menyepakati gagasan tentang keharusan menyalakan
api peperangan antar-bangsa Gentiles, dengan menggunakan senjata
paling mematikan yang bisa diproduksi, sehingga bagi bangsa-bangsa
itu yang tertinggal hanya kaum fakir miskin yang tidak berdaya
menghadapi kekuatan Konspirasi.
23) Suatu pemerintahan terselubung akan muncul, setelah Konspirasi
berhasil melaksanakan program yang telah ditetapkan.
24) Untuk menguasai unsur pemuda, Konspirasi harus menyelusup ke
dalam setiap lapisan masyarakat, termasuk kalangan pemerintah.
Konspirasi harus tetap memegang program dan rancangan yang telah
digariskan untuk memperdaya kaum muda di berbagai tempat, dan
merusak mereka secara sistematis dengan menyebarluaskan dekadensi
moral dan faham yang menyesatkan, serta memerangi ajaran agama.
25) Dan terakhir mengenai undang-undang. Dalam hal ini Konspirasi tidak
akan mengganggu undang-undang yang ada di suatu negara, tapi
berusaha untuk menyalahgunakan, sehingga pada akhirnya akan
menghancurkan kebudayaan kaum Gentiles itu sendiri.
Sampai pada butir 25 itu, dokumen yang ada pada penulis secara umum
menjelaskan tentang program asli bagi Konspirasi Internasional. Dokumen
tersebut juga menjelaskan tempat dilakukannya pertemuan, yaitu jalan Bonden
Strous, Frankfurt Jerman. Dokumen-dokumen penting serupa itu pernah jatuh
ke tangan profesor Niloss dari Rusia tahun 1901, yang kemudian dibukukan
dan diterbitkan pada tahun 1905 dengan judul Bahaya Yahudi. Setelahdiadakan perbandingan antara dokumen yang ada di tangan penulis dan
dokumen yang ada di tangan profesor Niloss itu, ternyata keduanya sama.
Bedanya hanya sedikit, yaitu bahwa dokumen yang ada di tangan Niloss
punya lampiran tentang informasi tambahan mengenai penyusupan Konspirasi
lewat faham atau teori baru, seperti teori Darwinisme (Biological Evolution), dan
ideologi atheis materialisme, seperti Marxisme. Tambahan ini memang wajar,
selaras dengan perkembangan zaman.
Program terpenting yang terkandung dalam dokumen yang ada pada profesor
Niloss adalah sebuah informasi yang membuka kedok dan senjata baru bagi
Konspirasi modern, yang disebut ZIONISME. Zionisme ini relatif masih berusia
muda, dan belum sampai pada tingkatan matang, karena Zionisme baru lahir
pada tahun 1897.
Peringatan profesor Niloss tentang bahaya Yahudi pada mulanya tidak banyak
menarik perhatian, kecuali setelah beberapa tahun kemudian, yaitu ketika
terbongkarnya skandal rahasia di Inggris, yang mengakibatkan raja Inggris
Edward terpaksa turun tahta. Buku Bahaya Yahudi telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris oleh Victor Marsedan pada tahun 1921 dengan judul
Protocols of Learned Elderly of Zion. Dan arti kata Protocol sendiri adalah
keputusan atau prinsip atau berarti landasan. Demikian populernya, buku itu
kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia.
Baik dokumen yang ada pada penulis buku ini, ataupun yang ada pada
profesor Niloss, dan ada pada buku Protocols of Zion menunjukkan adanya
kesamaan secara umum. Perbedaannya hanya terletak pada masalah informasi
tambahan, seperti telah kita sebut terdahulu. Hal itu terjadi karena adanya
perkembangan yang terjadi pada masa-masa berikutnya. Perbedaan kedua
terletak pada judul yang diberikan oleh Victor Marsedan. Istilah 'Protocols'
sebenarnya sudah muncul ketika Rothschild mengadakan pertemuan rahasia,
yang menghasilkan rancangan program Konspirasi, seperti telah kita beberkan
di muka.
B. Persiapan Revolusi Perancis
Rangkaian peristiwa yang mengantar meletusnya Revolusi Perancis adalah
persis seperti telah dirancang dalam Protocol Konspirasi, yang prinsipnya
tersimpul sebagai berikut :
1) Langkah pertama adalah menciptakan timbulnya semangat
pembangkangan di kalangan masyarakat luas terhadap penguasa
kerajaan di Perancis. Semangat benci harus memasuki perasaan dan
pikiran rakyat luas. Cara yang praktis ialah, agar rakyat melakukan
langkah-langkah brutal, seperti telah dirancang oleh pihak Konspirasi2) Para tokoh Konspirasi menyelusup ke dalam perkumpulan Free
Masonry yang ada di Perancis, terutama Free Masonry yang baru
didirikan, sehingga mereka bisa memasang jaringan-jaringan maut,
sebagai perangkap untuk menyebarluaskan semangat pembangkangan,
faham materialistis dan atheisme.
Rothschild mengakhiri pesan-pesannya seperti tersebut dalam dokumen
dengan sebuah peringatan, agar semua peserta bersikap berhati-hati dalam
melaksanakan program besar itu. Dengan demikian, keterlibatan Konspirasi
dalam Revolusi Perancis tetap merupakan rahasia selamanya.
Mungkin dari kita akan timbul pertanyaan, misalnya, Apakah ada bukti yang
menguatkan tentang pertemuan Rothschild dengan undangan yang telah kita
sebutkan? Bagaimana kita bisa tahu tentang apa yang dibicarakan? Sejauh
mana kebenaran dokumen yang telah kita sebutkan? Dan pertanyaan seperti
itu bisa terus berkelanjutan.
Untuk menjawab pertanyaan seperti itu sebenarnya tidak sulit. Misalnya, kita
telah menyaksikan seorang penunggang kuda yang tewas disambar petir
dalam perjalanannya antara Frankfurt dan Paris. Setelah diselidiki identitasnya,
ternyata ia adalah seorang utusan pembawa dokumen yang ada hubungannya
dengan Konspirasi Internasional. Di dalamnya ada pesan yang ada
hubungannya dengan masalah Jerman dengan pemimpin The Grand Eastern
Lodge di Perancis, yaitu Duke Durlian yang terkenal itu. Pada saat itu Free
Masonry yang ada di Perancis telah lama sepenuhnya berada di tangan
sesepuh Yahudi, sesuai dengan rencana dalam dokumen itu. Duke Durlian
telah mengubah Free Masonry tersebut sebagai pusat jaringan dan organisasi
rahasia untuk mengatur jalannya ledakan revolusi, yaitu setelah tahap
permulaan selesai, ketika ia mengadakan hubungan dengan para tokoh Yahudi
Jerman lewat tokoh lainnya Comte De Mirabeau. Peristiwa terbunuhnya utusan
itu di daerah Datesbon, termasuk wilayah kerajaan Bavaria, menyebabkan
dokumen itu jatuh ke pihak pemerintah Bavaria, seperti telah kita bicarakan
pada bab sebelumnya.
C. Tahap Pelaksanaan Sebuah Rancangan Terselubung
Kaum Yahudi yakin, bahwa hanya para sesepuh Yahudi yang punya otoritas
untuk menginterpretasi apa yang tersebut dalam kitab-kitab suci. Rahasia
maknanya tidak akan terungkap, kecuali lewat sesepuh yang mendapat ilham
dari Tuhan. Klaim mereka ini memang tidak ada artinya. Tapi kalau mereka
membentuk perkumpulan di bawah kekuasaan para sesepuh Yahudi itu,
masalahnya menjadi lain. Sebab, orientasi dan langkah mereka
mengatasnamakan Wahyu Tuhan. Apa yang kita rasakan dalam sejarah
lampau hingga kini, perkumpulan yang diprakarsai dan dikuasai oleh mereka
masih tetap bekerja keras dalam sarang-sarang perkumpulan, yang disebut
perkumpulan kaum Nurani atau nama lainnya. Dalam mitos Yahudi, kata"Nurani" berarti 'cahaya'. Sedang ungkapan yang lebih tepat berarti "Lucifer",
yang dalam Kitab Injil berarti 'Lurah Setan' pembawa cahaya api.
Secara ringkas, Nurani menurut orang Yahudi adalah orang yang mendapat
ilham atau wahyu, atau orang yang mendapat ilham di luar hukum alam.
Tugas kaum Nurani atau sesepuh Yahudi adalah melaksanakan tugas
kegerejaan Yahudi tertinggi. Tugas itu dianggap sebagai wasiat suci yang
dipikul oleh 13 anggota Majelis Tertinggi Yahudi yang disebut "Majelis 13".
Pengambilan 13 anggota sebagai jumlah atau angka keramat bukanlah
merupakan tindakan tanpa maksud, tapi punya sejarah dan tujuan tersendiri.
Majelis Yahudi tersebut punya tujuan menghancurkan agama Kristen, yaitu
agama Nabi Isa dan kaum Khawarie (muridnya) yang berjumlah 12 (13 dengan
Nabi Isa). Kecuali itu ada sebab lain, yaitu bahwa jumlah puak Bani Israel yang
13 itu mungkin merupakan lambang sebagai wakil dari perkumpulan Nurani.
Kaum Nurani punya aturan tersendiri, yang bisa menjadi kerahasiaannya, dan
menindak setiap pengkhianat untuk menghindari terjadinya pengkhianatan,
seperti dilakukan oleh Yahuda terhadap Nabi Isa. Aturan ini menjamin setiap
anggota Majelis untuk tunduk secara mutlak kepada pimpinan 'Majelis 33'.
Aturan ini menimbulkan dugaan kuat, dan membuat tanda tanya besar dalam
benak kita, mengapa para penganut komunisme di setiap penjuru bumi tidak
pernah merasa terikat oleh rakyatnya sendiri, tapi selalu komitmen kepada
komunisme tertinggi sebagai panutannya.
Kaum Nurani memusatkan kegiatan The Great Eastern Lodge dari kota Angold
Stadt Jerman, untuk kemudian menyebarkan anggotanya ke dalam
perkumpulan Free Masonry yang tersebar di seluruh Eropa. Kegiatannya
dipusatkan di Perancis dengan memakai kedok sebagai kegiatan kemanusiaan,
atau lainnya yang bisa memberi kesan positif. Setelah itu, kaum Nurani
melangkah kepada rancangan berikutnya yang bertujuan bisa mengadakan
hubungan dengan para tokoh Gentiles yang berpengaruh dalam pemerintahan
atau dalam lingkungan gereja. Selanjutnya para tokoh itu ditundukkan ke
dalam pelukan Nurani, baik dengan jalan memberi uang atau pemerasan lewat
skandal, atau cara lain yang bisa ditempuh. Dan langkah berikutnya ialah
menjatuhkan pilihan pada Comte De Mirabeau sebagai sosok pemimpin yang
paling tepat untuk melaksanakannya. Hal ini mengingat pengaruh dan
kelebihan yang dimiliki oleh Mirabeau di tengah-tengah masyarakat Perancis.
Mirabeau adalah tokoh berdarah bangsawan yang sangat berpengaruh di istana
kerajaan. Dan lagi, dia adalah kawan dekat Duke Durlian, seorang tokoh
terbesar Free Mason. Alasan utama mengapa pimpinan gereja tertinggi Yahudi
memilih Mirabeau sebagai tokoh yang kelak akan memimpin Revolusi Perancis
adalah, karena ia seorang berdarah dingin dan tidak mengenal nilai-nilai susila,
dan ia punya kelebihan sebagai orator berbakat yang bisa mempengaruhi
publik umum. Banyak pengagum yang terpikat oleh gaya pidatonyaSementara itu, gaya hidup Mirabeau yang mewah telah mengantar dia ke
dalam jeratan hutang dalam jumlah yang besar. Situasi itu menyebabkan ia
mudah menerima uluran bantuan keuangan dari pihak Nurani, meskipun
bantuan itu pada hakikatnya adalah hutang yang berbunga tinggi. Di lain
kesempatan seorang jutawan Yahudi bernama Moshe Mondelhen menemui
Mirabeau dengan menawarkan uang dalam jumlah besar. Bahkan Mirabeau
diperkenalkan dengan seorang wanita rupawan Yahudi bernama Madam
Horse, yang dikenal sebagai wanita Permissive dan jet-set kota Paris kala itu.
Tidak lama kemudian, wanita itu telah jatuh bersama Mirabeau dalam dunia
asmara.
Posisi Mirabeau kini telah berada dalam cengkeraman keuangan Yahudi, yaitu
Moshe Mondelhen dari satu sisi, dan di sisi lain dicengkeram asmara wanita
Yahudi. Dengan demikian, jerat-jerat kaum Nurani Yahudi telah berhasil
menangkap mangsanya, dan bisa memasukkan kehendaknya. Kemudian
Mirabeau ditarik memasuki dunia terselubung, dan memperkenalkan lika-liku
dunia itu, setelah terlebih dulu disumpah dengan nyawa sebagai taruhannya.
Sejak itu Mirabeau berubah sikap dengan menjauhkan diri dari lingkungan
kelas elite Perancis, karena jeratan yang melilit lehernya terasa makin kuat.
Akibatnya, kalangan istana menjadi berang kepadanya. Mirabeau pun makin
benci kepada istana, sehingga ia menjadi makin gigih untuk meletuskan
Revolusi Perancis itu. Mirabeau melangkah lebih jauh dengan membujuk Duke
Durlian, anak paman Raja Perancis yang telah lama punya hubungan erat
dengan kaum Nurani, untuk mengatur dan memberi perlindungan kepada
kaum revolusioner Perancis. Mirabeau dan Duke Durlian hanya diberitahu oleh
pihak kaum Nurani, bahwa tujuan Revolusi adalah menggulingkan Raja Louis
XVI, kemudian Durlian akan menduduki singgasana kerajaan setelah itu,
sebagai raja yang dipilih secara demokratis. Demikianlah dua orang yang
ditokohkan itu tidak mengetahui secara pasti tujuan dan maksud penggerak
dan perancang revolusi yang sebenarnya, yaitu menyingkirkan raja dan
golongan aristokrat yang berkuasa di Perancis, untuk kemudian digantikan
oleh golongan aristokrat yang berdasarkan uang dan emas. Di samping Durlian
adalah anak paman raja, ada sebab lain mengapa ia dipilih oleh gereja Nurani,
karena Durlian adalah tokoh besar dalam gerakan Free Masonry Perancis.
Sebelumnya, Perkumpulan Nurani Tertinggi telah menyerahkan kepada Adam
Weiz Howight untuk menyusun aturan permainan dan simbol-simbol gereja
Nurani, agar ada keserasian dengan aturan yang ada di The Grand Eastern
Lodge. Maka, Mirabeau pergi ke Frankfurt, tempat Adam Weiz Howight
melakukan kegiatan disertai oleh Duke Durlian dan seorang pemuda yang
kelak akan menjadi tokoh penting dalam sejarah Perancis, bernama Talleyrand.
Kemudian Mirabeau mempertemukan mereka berdua dengan Adam Weiz
Howight. Sejak 1773, Duke Durlian mulai memasukkan aturan baru dalam Free
Masonry Perancis, dan mengubah aturan yang lama. Hingga tahun 1788,
jumlah Free Masonry telah mencapai lebih dari 100.000 orang pria dan wanita.
Demikianlah, kaum Nurani Yahudi telah berhasil menancapkan kukupengaruhnya lewat Moshe Mondelhen ke dalam Free Masonry Eropa, sesuai
dengan aturan dan garis rancangan yang telah diletakkan oleh Weiz Howight.
Kemudian datang tahap berikutnya, yaitu pembentukan komite rahasia dalam
Free Masonry untuk meletakkan revolusi, dengan menyebarkan penggerak
revolusi dan tokoh-tokohnya ke seluruh wilayah Perancis.
D. Mirabeau dan Duke Durlian
Mirabeau telah berhasil membawa Duke Durlian ke dalam Free Masonry
Nasional Perancis yang dikenal dengan sebutan The Blue Masonry. Kurang lebih
empat tahun kemudian, Duke Durlian terkuras kekayaannya, dan dia sendiri
memikul beban hutang dalam jumlah besar. Tidak ada jalan lain baginya untuk
membayar hutang-hutangnya kembali, kecuali harus menempuh jalan hidup
yang bisa melepaskan bebannya. Kemudian dia mengambil jalan pintas dengan
melakukan kegiatan penyelundupan dan perdagangan barang-barang
terlarang, dengan maksud untuk bisa membayar hutang-hutangnya. Akan
tetapi, petualangan bisnisnya justru membuat Durlian lebih dalam terjerumus
dalam lembah hutang. Pada tahun 1780 hutangnya telah mencapai 800.000
Franc. Angka itu merupakan jumlah yang sangat besar menurut ukuran masa
itu. Setelah itu, para sesepuh Yahudi melihat saatnya telah tiba untuk menjerat
mangsanya lebih kuat, berkat kecerdasan Mirabeau.
Para pemilik modal Yahudi mendekati Durlian dengan bujuk rayu
menggiurkan, sehingga Durlian terperdaya menggadaikan harta miliknya,
tanahnya, bahkan istananya 'Palais Royal' yaitu istana kerajaan khusus
untuknya atas pemberian raja. Istana itu dijadikan jaminan hutang-hutangnya
kepada para pemilik modal Yahudi itu. Durlian tidak menyadari, bahwa
tindakannya itu akan menjerumuskan dia ke dalam perangkap setan. Kekuatan
yang terselubung telah mengutus seorang Yahudi asal Spanyol untuk
menjalankan aksi mengawasi harta kekayaan Durlian, berikut Palais Royalnya.
Utusan itu adalah Coderlos De Lalco, yang dikenal sebagai penulis buku cerita
'Hubungan Berbahaya' dan karya percintaan lainnya yang bernafas cinta dan
seks. Ia juga dikenal sebagai penulis karya permissivisme moral dan kebebasan
seks. Antara karya-karya itu dan pembahasan ini tidak ada kaitannya apa-apa.
Akan tetapi, karena karya itu telah menjadikan istana Palais Royal sebagai
tempat mesum paling populer, maka hasil karyanya sering disebut-sebut
orang.
Demikianlah sebuah istana kerajaan telah dijadikan sarang kemaksiatan. Para
pengunjungnya yang rata-rata kelas elit bisa menyaksikan berbagai jenis
pertunjukan seks dan gambar-gambar porno, yang sulit diungkapkan dalam
bentuk kata-kata. Bukan hanya itu. Fasilitas lengkap tersedia juga untuk
mempermudah setiap pengunjung melakukan keinginannya, tanpa ada
kesulitan apa pun. Dalam menjalankan tugasnya, Coderlos tidak hanya
sendirian. Ia berkawan dengan orang bernama Callistro, seorang Yahudi asal
Italia yang nama aslinya Joseph Palsemo. Dialah yang menjadikan villa-villa.Durlian tidak terkena hukum Perancis, sebagai pusat penerbitan selebaranselebaran
untuk memanaskan suasana revolusi, di samping menyebar hasutan
tajam dan terus menerus. Selain itu, Callistro juga mengatur pertemuanpertemuan
akbar, berbagai pertunjukan, ceramah umum dan diskusi, dengan
tujuan untuk menggalakkan gejolak dan semangat publik. Jaringan mata-mata
juga dipasang di mana-mana untuk mengetahui perkembangan dan skandal
yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang diincar oleh Kekuatan terselubung.
Setelah itu dilakukan operasi gosip terencana, agar mangsanya jatuh di mata
umum. Oleh sebab itu, banyak pria dan wanita terpandang menjadi gelisah,
khawatir menjadi tumbal mafia yang dipimpin oleh De Lalco dan Palsemo itu.
Tidak sedikit diantara mereka terpaksa tunduk kepada kehendak mafia itu.
Dengan demikian harta kekayaan Duke Durlian telah berubah menjadi pusat
latihan aktivis revolusi, yang menyelusup ke berbagai kegiatan sosial budaya,
bahkan sampai masuk ke dalam perkumpulan olah raga. Dengan aneka ragam
kedok inilah mereka bisa memasukkan kegiatan yang merusak, mulai dari seks,
minuman keras dan berbagai macam kemaksiatan lainnya, hingga fenomena
seperti ini meluas dan menjamur ke seluruh negeri. Kaki tangan Konspirasi
menarik tokoh-tokoh revolusi ke dalam dunia gelap itu dengan bujuk rayu
yang menggiurkan, sehingga mereka jatuh ke dalam pelukan setan. Kegiatan
ini diatur dan diarahkan dari markas Mirabeau dan Durlian, dan dari istana
Palais Royal. Sejarawan Inggris Scoder dalam bukunya Prince of Blood
mengatakan tentang Palais Royal ini, bahwa masalah Palais Royal saja
membuat polisi lebih sibuk daripada menangani masalah Paris secara
keseluruhan.
Rakyat Perancis pada umumnya tidak tahu apa yang berjalan dalam istana
Palais Royal, karena mereka mengira itu adalah kediaman resmi Duke Durlian,
putra paman raja Perancis. Hanya sebagian kecil tertentu saja yang tahu, bahwa
Palais Royal telah jatuh ke tangan para pemilik modal Yahudi untuk dijadikan
sarang persekongkolan, yang akan melampiaskan dendam kesumat Yahudi
terhadap kaum Gentiles.
Sebenarnya penguasa kerajaan Perancis bukannya tidak tahu apa yang sedang
terjadi. Sebelumnya mereka sudah mendapat peringatan yang cukup, bahwa
pemerintah Bavaria menemukan dokumen-dokumen rahasia Konspirasi setelah
kematian utusan yang membawa dokumen itu, dan bagaimana pasukan
keamanan Bavaria menyerbu pusat sarang Konspirasi yang ada di negerinya,
sehingga ditemukannya dokumen yang lain. Maka raja Bavaria merasa perlu
menyampaikan peringatan adanya bahaya yang mengancam para penguasa di
seluruh Eropa, termasuk Pemerintah Perancis, Inggris, Polandia, Jerman,
Austria dan Rusia. Akan tetapi, peringatan itu tidak ditanggapi dengan
sepenuhnya, karena pengaruh kekuatan Konspirasi di negara-negara itu telah
sedemikian besarnya, sehingga peringatan seperti itu tidak cukup membuat
mereka tergugah untuk mengambil tindakan yang pasti.Pada uraian berikutnya akan kita ketengahkan gambaran yang jelas mengenai
peristiwa revolusi Perancis, dan bagaimana berbagai peringatan itu tidak
mendapat tanggapan, untuk membangkitkan hati khalayak umum dari
kelengahan atas bahaya Konspirasi Internasional itu.
E. Revolusi Perancis dan Marie Antoinette
Negara-negara yang diberi peringatan tentang adanya ancaman bahaya
Konspirasi ternyata tidak menanggapi sepenuhnya, dan tidak mengambil
langkah apa-apa untuk menanggulangi. Maka pemerintah Bavaria beberapa
kali menulis surat kepada ratu Perancis, Marie Antoinette, yang isinya
mengingatkan ratu tentang adanya bahaya Konspirasi yang telah membuat
rancangan khusus untuk menguasai Perancis lewat Perkumpulan Free
Masonry Perancis. Akan tetapi, ratu Marie Antoinette, putri Raja Francois I dari
kerajaan Austria itu tidak bisa mempercayai peringatan itu. Karena peringatan
itu terus datang bertubi-tubi, maka ratu Marie Antoinette kemudian membalas
surat-surat yang datang dari pemerintah Bavaria itu. Dengan panjang lebar ratu
membantah peringatan itu, yang diantaranya ia mengatakan, "Tentang masalah
yang berhubungan dengan Perancis, keprihatinan Anda terlalu dibesarbesarkan
mengenai kegiatan Free Masonry itu. Aku percaya, gerakan itu di
Perancis merupakan gerakan yang terkecil diantara yang ada di seluruh Eropa."
Dalam lembaran sejarah terdapat bukti-bukti yang menunjukkan kesalahan
besar yang telah dilakukan oleh ratu Marie Antoinette. Kesalahan ini
mengakibatkan ia sendiri dan suaminya Raja Louis XVI mengakhiri riwayatnya
di atas tiang maut Guilotin, dan mayoritas sejarawan sepakat menyatakan,
bahwa Marie Antoinette adalah seorang ratu yang bergaya hidup mewah dan
boros, serta mempengaruhi gaya hidup seluruh kerabat sentana istana kerajaan
Perancis. Selain itu, Marie Antoinette juga dicatat dalam sejarah sebagai playgirl
kelas elit, yang mengkhianati suaminya bersama teman-teman karibnya .....
dan seterusnya.
Padahal deskripsi busuk seperti itu tidak lain adalah hasil gosip Palsemo dan
para Propagandis revolusi dalam rangka mengangkat tuduhan palsu ke atas
permukaan publik, sehingga mereka akan bertambah benci kepada ratu.
Dengan demikian, tangan-tangan tersembunyi akan mudah menuntut keluarga
kerajaan di depan pengadilan.
--------
Beberapa sejarawan menulis betapa tabah ratu Marie Antoinette dan suaminya
menghadapi maut di atas pisau alat pembunuh sadis Guilotin. Isu gosip
populer yang pernah tercatat dalam sejarah ratu Marie Antoinette adalah
tentang skandal 'Kalung Permata Ratu', yang dijadikan alat untuk mencoreng
wajah sang ratu. Adam Weiz Howight dan Mondelhen pernah merancang
suatu sketsa gagasan seperti berikut :"Masalah isu krisis ekonomi telah menjadi buah bibir masyarakat luas. Pada
saat kas kerajaan Perancis kosong, dan pemerintah terpaksa pinjam dari para
pemilik modal Yahudi Internasional, maka terbukalah kesempatan untuk
membuat gosip yang menggemparkan Tangan Terselubung. pihak Konspirasi
membuat surat palsu atas nama ratu, untuk memerintahkan seorang perajin
membuat kalung dari batu mulia kelas wahid, mirip permata dalam dongeng.
Batu permata itu seharga seperempat juta Franc, suatu harga yang amat tinggi
saat itu."
Setelah perajin permata itu selesai mengerjakan instruksi palsu itu, ia
membawanya ke istana kerajaan. Alangkah terkejutnya baginda ratu dan
menolak mentah-mentah surat palsu atas nama ratu itu. Di luar kepalsuan itu,
berita tentang kalung permata tersebut telah menjadi berita populer di seluruh
Perancis, karena Palsemo telah menyebarluaskan secara besar-besaran. Tidak
pelak lagi, Marie Antoinette telah menjadi tumbal gosip, dan nama sang ratu
jatuh sedemikian parahnya akibat tuduhan pemborosan, kebejatan dan
tuduhan busuk lain yang ditujukan kepadanya. Ketika ketegangan gosip telah
mencapai titik runcing, Palsemo bermaksud membuat pukulan yang
mematikan terhadap Marie Antoinette. Palsemo mencetak selebaran dalam
jumlah yang besar, yang isinya menghasut dan memperuncing kebencian
terhadap sang ratu. Dikatakan, bahwa sang ratu telah diberi hadiah berupa
kalung itu dari seorang pacar gelapnya, sebagai tanda mata setelah keduanya
dengan diam-diam terlibat dalam skandal seks. Bukan hanya itu. Nama baik
Marie Antoinette dilucuti habis-habisan di mata umum, dengan munculnya
surat palsu lagi atas nama ratu, yang ditujukan kepada seorang bangsawan
Perancis, yaitu seorang Kardinal bernama De Rohand. Dalam surat itu
disebutkan, bahwa ratu minta agar sang Kardinal menemuinya pada tengah
malam di sebuah tempat peristirahatan di taman Palais Royal, untuk
membicarakan masalah isu kalung permata di atas. Sementara itu, seorang
dayang kerajaan yang telah dipersiapkan oleh Konspirasi menemui Kardinal di
tempat yang telah ditentukan itu dengan berpakaian menyamar seperti ratu
layaknya di tengah malam itu. Ketika itulah fitnah berbau gosip itu
disebarluaskan untuk menjatuhkan nama baik sekaligus juga mencemarkan
nama baik tokoh gereja. Sejarah telah mengungkap, bagaimana kalung permata
hasil fitnahan itu dipindah dan disembunyikan di London. Diduga permata
mahal yang terdapat pada kalung itu disimpan oleh jutawan Yahudi di London
bernama Elyason.
Di London masih terdapat bukti-bukti yang menguatkan keterlibatan tokohtokoh
Yahudi Inggris dengan persekongkolan yang merancang meletusnya
Revolusi Perancis. Bukti-bukti itu merupakan rahasia selama beberapa tahun
lamanya, dan terbongkar oleh Lady Queensburgh, permaisuri Lord
Queensburgh. Dalam bukunya yang berjudul 'Pemerintahan Gereja
Terselubung', Lady Queensburgh mencatat bukti-bukti yang pernah ditemukan
dalam sebuah manuskrip lama yang berjudul 'Permusuhan terhadap Unsur
Semitik', ditulis oleh seorang Yahudi Benjamin Gold Smidt pada tahun 1849.Berkat wawasannya yang luas, Lady Queensburgh berhasil mempelajari
manuskrip tersebut dan menganalisanya, yang pada akhirnya mendapat buktibukti
kuat yang menunjukkan, bahwa Benjamin Gold Smidt dan saudaranya
Abraham Gold Smidt serta kawannya Sir Moshe Montifor, yang ketiganya
adalah pemilik modal keuangan di Inggris, merupakan anggota jaringan
Konspirasi Yahudi di seluruh Eropa yang telah merancang revolusi Perancis
itu. Juga terdapat bukti lain yang menguatkan pernyataan Lady Queensburgh
di atas manuskrip yang lama, yaitu seorang konglomerat Yahudi berasal dari
kota Berlin Jerman, bernama David Erend Lander dan seorang konglomerat
Yahudi lainnya bernama Henzegerber adalah anggota jaringan Konspirasi yang
bekerja di bawah pimpinan langsung Rothschild.
Demikianlah tabir-tabir itu terungkap oleh kita, sehingga para tokoh di balik
tabir itu tampak dengan jelas. Dan itulah para anggota kekuatan Konspirasi.
Kita tidak banyak membicarakan masalah sarana yang dipakai oleh para tokoh
Yahudi itu dalam kegiatan mereka untuk menjatuhkan ekonomi pemerintah
kerajaan Perancis. Kita bisa melihat data-data sejarah, lalu menganalisanya
untuk mengambil kesimpulan dari sarana-sarana yang dipakai oleh kekuatan
Konspirasi, seperti yang terjadi di Rusia, Spanyol dan Amerika. Tentang sarana
yang dipakai Konspirasi berkenaan dengan situasi revolusi Perancis, seorang
sejarawan Inggris bernama Sir Walter Scott mengatakan,
"Para pemilik modal itu memperlakukan pemerintah kerajaan Perancis seperti
rentenir yang siap mewarisi harta kekayaan milik yang berhutang dengan
boros dan mewah. Mereka mengulurkan hutang besar-besaran dengan satu
tangan, dan tangan lainnya menerima bunga hutang tersebut yang berlipat
ganda jumlahnya. Maka tidak mengherankan kalau kas negara menjadi kosong
dalam waktu singkat. Sebagai akibatnya, para pemberi hutang itu mendapat
fasilitas dan hak-hak istimewa di negeri itu, sebagai jaminan timbal balik atas
hutang-hutang tersebut. Dengan begitu lengkaplah jeratan yang mengikat leher
pemerintah Perancis."
Setelah Perancis mengalami krisis ekonomi yang parah, yang mendorong
pemerintah terus mencari pinjaman dengan bunga sangat tinggi untuk
membiayai perang dan pergolakan, para pemilik modal dengan senang hati
mengulurkan pinjaman yang dibutuhkan itu, dengan syarat mereka diberi
wewenang mencetak mata uang Perancis dengan leluasa. Syarat itu pada
awalnya tidak terasa begitu berat. Namun pada hakikatnya itu tidak berbeda
dengan peribahasa Perancis yang mengatakan 'Memasukkan seekor ular
berbisa ke dalam kamar'. Maksudnya adalah memasukkan wakil pihak pemilik
modal dalam keuangan rumah tangga kerajaan Perancis. pihak pemberi
pinjaman itu tidak lain adalah Jacques Necker, yang kemudian dipilih oleh raja
sebagai menteri keuangan Perancis. Setelah para pemilik modal berhasil
mengorbitkan Necker, mereka memujinya lewat berbagai sarana propaganda
yang mereka kuasai, bahwa Necker adalah seorang pakar ekonomi kelas kakap,
dan satu-satunya orang yang mampu menyelamatkan perekonomian Perancisdari krisis yang sedang berjalan. Padahal, setelah 4 tahun Necker berkuasa
memegang kementerian keuangan, kondisi perekonomian Perancis makin
bertambah buruk, sejajar dengan naiknya hutang-hutang yang dibuatnya.
Seorang sejarawan Inggris Captain A. Romsey melukiskan kondisi ekonomi
Perancis kala itu dalam bukunya yang berjudul 'Sebuah Perang Tanpa Nama'
(A War Without a Name) sebagai berikut :
"Revolusi Perancis merupakan pukulan maut bagi orang yang sedang sakit,
karena kuku-kuku hutang yang menancap, disusul dengan dikuasainya media
massa dan kegiatan politik oleh para tokoh Yahudi. Tidak luput pula para
tokoh lapisan masyarakat bawah juga mereka kuasai. Panggung massal telah
siap menyajikan pertunjukan drama revolusi. Dengan segala cara para
perancang Konspirasi menggerakan revolusi, dan dengan cengkeraman
kukunya yang kuat mereka membuat raja tidak berdaya."
Waktu itu Palsemo menghujani dengan selebaran-selebaran gelap. Sambil
melaknat tokoh-tokoh istana dan gereja, para kaki tangan Konspirasi terus
mengatur langkah dan strategi, dan melatih kader-kader yang kelak dijadikan
pemimpin setelah sistem kerajaan runtuh. Di antara tokoh yang berhasil
dipersiapkan oleh Konspirasi adalah Robespierre, Danton dan lain-lain. Ada
pula yang secara khusus dipilih orang-orang yang bertugas menyerbu penjara
Bastilles dengan maksud membebaskan para narapidana, agar narapidana ini
melampiaskan kebenciannya kepada istana, sehingga seluruh kota Paris
diliputi oleh iklim pergolakan. Di antara pusat penataran itu adalah biara Saint
Yacob di Paris. Jadi, rancangan berdarah itu disusun dari balik tembok tempat
suci untuk beribadah. Di biara Saint Yacob itu pula dicatat daftar nama
bangsawan dan pendukung kerajaan yang bakal dienyahkan dari muka bumi
oleh para aktivis revolusi. Mereka ini juga memperalat orang-orang yang sakit
jiwa dan para pejabat agar melakukan tindakan kriminal, sehingga situasi akan
makin kacau.
Tujuan kekuatan Konspirasi di balik revolusi Perancis adalah untuk menguasai
Perancis dari balik layar, dan dari sini melangkah lagi untuk menguasai dunia
secara keseluruhan. Peristiwa demi peristiwa terjadi berturut-turut seperti telah
kita ketengahkan sebelumnya. Konspirasi telah memperalat Duke Durlian
sebagai kuda tunggangan. Mereka minta agar Durlian menghukum mati anak
pamannya sendiri, raja Louis XVI, dan dia pula yang mengemban
tanggungjawab atas kematian raja dan permaisurinya. Sesungguhnya pihak
Konspirasi lah yang bertanggungjawab atas semua peristiwa itu tapi para
tokohnya bersembunyi dari balik kegelapan. Instruksi dari konspirasi kepada
kalangan revolusioner untuk membunuh beberapa orang istana ternyata
terulang kembali. Kali ini yang harus dibunuh adalah Durlian sendiri. Tokoh
tunggangan ini difitnah melalui media massa, seperti pernah dialami oleh
Marie Antoinette sebelumnya. Dalam waktu sekejap tuduhan keji dari publik
Perancis dilontarkan kepada Durlian, yang akhirnya mengalami nasib sama
seperti Marie Antoinette. Durlian digiring ke Guilotin. Sementara itu terdengarpula cemoohan dari para hadirin yang menyaksikan pertunjukan yang
mengerikan itu. Ini merupakan cemoohan ulang seperti pernah terjadi pada
kematian Antoniette dan raja Louis XVI.
Adapun Mirabeau, setelah merasa dirinya terancam oleh bahaya, dan
menyadari dijadikan alat permainan oleh kelompok Konspirasi dari balik layar,
segera menyadari adanya kebejatan moral yang digerakkan oleh para
penggerak revolusi. Sebenarnya Mirabeau menentang perlakuan sadis terhadap
raja Louis XVI. Dia tahu pula, bahwa mendiang raja sebenarnya orang yang
lugu, baik hati dan berkemauan lemah, sehingga kurang waspada menanggapi
kejadian di sekitarnya. Mirabeau hanya menghendaki untuk menyingkirkan
kekuasaan mutlak yang ada pada raja, untuk digantikan dengan raja yang
memerintah berdasarkan konstitusi. Kemudian Mirabeau sendiri akan tampil
sebagai penasihat raja. Oleh karena itu, ketika ia menyaksikan kekuatan
Konspirasi bermaksud membunuh raja Louis XVI, Mirabeau berusaha untuk
melarikan raja dari penjara Paris, dan memindahkan ke markas pasukan yang
masih setia kepada raja. Usaha Mirabeau ini gagal dan bahkan akan dibunuh
oleh kekuatan Konspirasi. Berbagai fitnah dilancarkan untuk mencari alasan
bisa menuntut Mirabeau ke pengadilan. Akhirnya pihak Konspirasi memakai
cara dengan meracun Mirabeau, dengan kesan seolah-olah Mirabeau mati
bunuh diri.
Setelah peristiwa demi peristiwa mengantar meletusnya revolusi Perancis,
tibalah saatnya sebuah periode dikenal dalam sejarah Perancis dengan sebutan
"Pemerintahan Teror". Pada masa itu, para mangsa pergolakan digiring ke
tempat pembantaian dalam jumlah ribuan setiap hari seperti ternak. Sebagai
algojo telah ditunjuk Robespierre (1758-1794) dan Danton (1759-1794). Setelah
kedua algojo ini menyelesaikan tugasnya, mereka berdua juga dibantai dalam
usia yang relatif muda.
Seorang sejarawan Inggris Walter Scott mengetahui dengan pasti peran yang
dimainkan oleh kekuatan terselubung, yang mendalangi peristiwa yang terjadi
di Perancis. Dalam karya tulisnya berjudul 'Kehidupan Napoleon' kita bisa
menemukan data-data yang cukup tentang keterlibatan Konspirasi Yahudi
dalam revolusi Perancis itu, dan peristiwa besar lainnya di Eropa. Walter Scott
memaparkan bukti-bukti yang bisa menimbulkan tanda tanya dengan
mengungkapkan, bahwa kebanyakan wajah yang tampil dalam revolusi
Perancis tampak asing bagi alam Perancis. Lebih lanjut ia mengungkapkan
secara khas, bagaimana seorang majhul bernama Manuelle muncul seketika di
permukaan umum, dan seketika itu pula bisa menempati posisi sebagai jaksa
Agung di Paris. Padahal Manuelle adalah orang yang bertanggung jawab atas
penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang yang dikirim ke tempattempat
hukuman mati di seluruh Perancis pada bulan September 1792. Dalam
penjara Paris saja ditemukan 7.000 orang menemui ajalnya.Manuelle didampingi oleh seorang Yahudi lainnya bernama David, seorang
eksekutif Komite Keamanan Nasional di Paris, yang dikenal sebagai penjagal
maut selama perjalanan revolusi berlangsung. David pula yang memasukkan
faham Naturalisme ke dalam pemerintahan pada masa pasca revolusi, untuk
menggantikan agama Kristen.
Karya besar Sir Walter Scott The Life of Napoleon sebanyak 9 jilid sudah lama
tidak beredar. Diduga kuat karena pihak Konspirasi telah mengupayakan, agar
buku itu lenyap dari peredaran umum. Perlu juga kita simak sebuah karya lain
yang ditulis oleh Renoult dengan judul 'Kehidupan Robespierre' (The Life of
Robespierre). Buku ini menampilkan fakta-fakta penting, antara lain ucapanucapan
Robespierre, ketika revolusi sedang panas-panasnya. Pemerintahan
Teror mencapai puncaknya antara tanggal 27 April-27 Juli 1794. Pada saat itu
Robespierre berbicara panjang lebar di depan Majelis Nasional. Ia menyerang
sengit apa yang dinamakan dengan kelompok teroris ekstrimis. Dia menuduh
adanya suatu pihak yang berada di belakang tindakan teror itu. Namun dia
tidak menyebutkan siapa pihak yang dimaksud. Kata-kata asli yang diucapkan
Robespierre adalah : "Aku tidak berani menyebut nama mereka di tempat ini
dan di saat ini pula. Aku juga tidak bisa membuka tirai yang menutupi
kelompok ini sejak awal peristiwa revolusi. Akan tetapi, aku bisa meyakinkan
Anda sekalian, dan aku percaya sepenuhnya, bahwa di antara penggerak
revolusi ini terdapat kaki tangan yang diperalat dan melakukan kegiatan
amoral dan penyuapan besar-besaran. Kedua sarana itu merupakan taktik yang
paling efektif untuk memporak-porandakan negeri ini."
Renoult memberikan komentar, seandainya Robespierre tidak mengucapkan
kata-katanya di atas, nasib yang dialami akan lain. Ia telah mengucapkan katakata
melewati batas yang dibolehkan. Kata-kata pedas meluncur dari
mulutnya, sehingga hari berikutnya ia digiring ke tempat hukuman mati.
Demikianlah nasib seorang Free Mason yang telah diberi kesempatan untuk
mengetahui gerakan Free Masonry lebih dari apa yang seharusnya. Hanya
sedikit orang yang tahu, bahwa Robespierre, Danton dan tokoh-tokoh revolusi
Perancis lainnya yang muncul pada periode pemerintahan teror merupakan
alat yang digenggam oleh komplotan 13 Sesepuh Yahudi. Setelah bonekaboneka
yang diperalat oleh Konspirasi satu per satu lenyap dari bumi, mereka
mulai dengan tahap baru lagi dalam persekongkolan internasional selanjutnya.
Esleim Mayer Rothschild mengirimkan putranya Nathan Mayer ke Inggris
untuk membuka cabang perusahaan raksasa milik mereka di kota London.
Tujuannya untuk mempermudah hubungan antar-sesepuh Yahudi
Internasional di seluruh kota Eropa, dan untuk menancapkan kuku mereka
dalam bidang politik dan ekonomi lebih dalam lagi. Tujuannya yang lebih
khusus lagi ialah, agar mereka bisa mengadakan hubungan lebih mudah antar
konglomerat yang menguasai bank Inggris, Belanda, Perancis dan Jerman.
Untuk itu, Rothschild telah mempersiapkan Nathan selama 26 tahun, yang
sekaligus ini menunjukkan kehebatan Rothschild dalam pembinaan kader
Konspirasi, sejak Nathan masih belia.